Alhamdulillah... saya menjadi salah satu peserta workshop Kelas Menulis Eksklusif bersama Pepih Nugraha, yang saya ikuti secara daring, Kamis (3/12/2020). Saya tidak menyangka saja menjadi "orang pilihan" dan mendapatkan tiket khusus untuk mengikuti workshop itu.
Saya tidak sendiri. Ada sembilan kompasianer lainnya yang mengikuti workshop yang sama. Mereka yaitu Sulasmi Kisman, Tamita Wibisono, Siska Dewi, Akhlis Purnomo, Ign Joko Dwiatmoko, Mas Sam, Yudi Rahardjo, dan Kartika Eka H.Â
Tulisan saya yang berjudul Sugeng Hariyono Bersama Motor Pustaka Buktikan "Pintar Tak Musti Mahal" terpilih menjadi salah satu pemenang blog competition menulis biografi sosok inspiratif.Â
Saya sendiri sebenarnya sering juga menulis mengenai sosok, tapi terasa masih dangkal. Kurang greget. Jadi rasanya saya memang perlu belajar lagi.Â
Mendapatkan tiket eksklusif mengikuti workshop yang diajarkan langsung Pepih Nugroho, founder Kompasiana, jelas suatu kebanggaan tersendiri buat saya. Selama ini kan saya hanya mengenalnya lewat tulisan-tulisannya. Belum pernah bertemu secara langsung (sepertinya).
Yang saya ketahui, Pepih sudah berpengalaman menulis biografi selama bertahun-tahun di harian nasional Kompas. Sudah banyak buku juga yang ditulisnya. Jadi, berguru padanya jelas sesuatu ilmu yang sangat berharga. Terlebih tidak semua orang mendapatkan kesempatan ini.Â
Jadi, mengikuti kelas ini saya begitu antusias. Apalagi ini momen yang entah kapan bisa berulang. Itu sebabnya, saya bersegera pulang setelah urusan bone scan saya di RSCM tuntas. Sesampainya di rumah saya langsung mandi, shalat Ashar, lalu mengikuti workshop melalui handphone saya.Â
Susah tidak sih menulis biografi? Lebih enak mana, menulis biografi atau autografi? Begitu kata pembuka yang terucap dari Pepih Nugroho. Secara pribadi Pepih menyebut autografi lebih enak karena semua sumber tulisan berasal dari diri kita sendiri yang menjadi subyek tulisan.
"Yang menjadi pertanyaannya, apakah ada yang mau membaca kisah tentang kita? Tentang saya misalnya. Saya ini apalah, bukan siapa-siapa. Jadi, ini harus dipikirkan juga jika ingin menulis autobiografi," katanya.
Menulis biografi sebenarnya tidaklah sulit, begitu kata Pepih, yang ada malah menyenangkan. Terlebih sosok yang ingin kita tulis adalah orang yang kita kenal secara pribadi. Kita akan mudah menulis kehidupan atau perjalanan hidupnya.
Bagaimana agar tulisan biografi itu menarik? Kuncinya, anggap saja kita sedang "storytelling". Dalam storytelling ini melingkupi tema, karakter, plot, setting, konflik, dramatis, resolusi, dan amanat atau pesan.