Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Selamat Hari Guru, Bunda"

25 November 2020   23:17 Diperbarui: 26 November 2020   04:58 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kak, bunda kan bukan guru, kok suratnya dikasih ke bunda?" cerita kawan saya. Tapi karena tugas sekolah dan fotonya harus dikirim by WA ke Wali Kelas ya sudah deh akhirnya ia pun berpose. Ia pun memperlihatkan foto yang dimaksud.

Di angkot, seusai mengikuti agenda saya, saya mendengar cerita dari penumpang yang ngobrol bersama kawannya. Ibu itu bercerita tadi pagi dia ditelepon anaknya yang berumur 6 tahun yang tinggal di Medan bersama neneknya.

"Lucu deh bu, anak saya telepon sambil bilang Selamat Hari Guru, Mami. Saya bilang ke anak saya, lho ... mami kan bukan guru. Tapi anak saya bilang, nggak apa-apa mami juga guru, hehe ..." kata si ibu sambil terkekeh.

Cerita yang bukan tanpa kebetulan dong ini. Saya, kawan saya, dan ibu itu mengalami hal yang sama. Kok bisa sama ya?

Tadinya saya tidak paham. Setelah saya pikir-pikir baru saya paham mengapa anak-anak mengucapkan Selamat Hari Guru pada orangtuanya, terutama ibu karena ibulah guru pertama bagi anak-anaknya memulai kehidupan di dunia ini.

Dan, itu semakin dikuatkan selama kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini, ketika anak-anak school from home (SfH) atau belajar dari rumah (BdR) kebanyakan guru mereka siapa lagi kalau bukan ibu yang menjadi "guru dadakan".

Menjadi guru yang sebelumnya tidak terbayangkan. Menggantikan posisi guru di sekolah dan harus mengajarkan berbagai mata pelajaran. Kemudian mengirimkan proses belajar kepada guru sekolah, baik berupa video maupun foto.

Selama proses pembelajaran saya harus dampingi anak saya, terutama si bungsu. Kalau kedua kakaknya masih bisa saya arahkan. Hampir tiap hari, saya memberikan bukti foto anak saya yang kecil mengerjakan tugasnya.

Sambil mengerjakan tugas, saya menerangkan terlebih dulu agar anak saya bisa mengerti. Terutama mata pelajaran Matematika. Terkadang saya harus mengesampingkan pekerjaan saya dulu agar saya bisa mendampingi anak saya.

Ya meski saat menjadi guru, ibu terkadang mengajarnya sambil nyerocos, termasuk saya. Ada juga yang kurang mengerti pelajaran si anak. Ada yang kurang menguasai gadget. Ada yang waktunya terbatas karena disambi dengan pekerjaan lain.

Seorang ibu tetap berusaha mendampingi anak-anak dalam mengerjakan tugas-tugas selama belajar dari rumah untuk mendukung SfH anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun