Setelah 3 bulan, Sugeng pun berhasil merakit motor tersebut selama 3 bulan. Ia kemudian membeli tas besar untuk tempat buku-buku. Sebagai modal awal, ia membeli buku bekas dari tukang rongsokan. Ia memilih buku yang pas buat anak-anak. Saat itu, ia dapatkan 60 buku, yang dibelinya seharga Rp15 ribu. Ia pun lantas berkeliling dengan Motor Pustaka ke desa-desa.
Awalnya tidak ada yang membaca buku dari perpustakaannya. Butuh waktu memang hingga lambat laun kabar Motor Pustaka mulai beredar dari mulut ke mulut. Sejak itu, Motor Pustaka pun mulai ramai dikerubuti. Ia sampai bingung untuk mencari buku-buku baru. Ia pun mencari donatur buku mulai dari door-to-door hingga lewat media sosialnya di Facebook MotorPustaka.
Upayanya ini membuahkan hasil. Donatur pun mulai semakin banyak. Tentu saja Sugeng senang. Ia sudah membayangkan senyum-senyum bahagia dari anak-anak saat membaca buku. Karena menurutnya, bukan minat bacanya yang rendahnya, tapi akses untuk mendapatkan buku bacaan yang kurang. Dan, ia mencoba menjembatani persoalan ini.
Walau hanya lulusan SMA, pria ini tak patah semangat menyebar hobi membaca pada masyarakat sekitar di Kabupaten Lampung Selatan. Hobi membaca ditularkan Sugeng ke desa-desa yang ada di Kecamatan Penengahan. Sejak April 2014, selepas salat Ashar, ia mulai berkeliling membawa buku dengan motornya ke beberapa desa di Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan.
Ia menyebutnya Desa Pasuruan, Desa Klaten, Desa Kuripan. Setiap harinya minimal 40 buku yang ia bawa dalam satu desa. Dan, ity berarti ada sekitar 120 buku yang dibawanya. Buku-buku itu tidak hanya dibaca di tempat, dibawa pulang pun boleh, bahkan tidak dikembalikan pun tidak apa-apa. Pokoknya konsep yang dia usung "Baca, Pinjam, Gratis".
Agar semakin memperluas simpul-simpul literasi, Sugeng dan Motor Pustaka lantas bergabung di Pustaka Bergerak Indonesia bersama penggiat literasi lainnya, seperti Perahu Pustaka (Sulawesi Selatan), dan Kuda Pustaka (Purbalingga, Jawa Tengah) membawa buku, menebar pengetahuan ke wilayah-wilayah terpencil. Saat ini tercatat, sudah terdapat lebih dari 3000 simpul literasi.
Berkat perpustakaan keliling inilah, Sugeng pun berhasil melanjutkan studinya setelah mendapat beasiswa kuliah dari Universitas Terbuka dengan mengambil jurusan Ilmu Perpustakaan. Sesuai dengan apa yang diminatinya.
Kebahagiaan Sugeng semakin bertambah ketika sang istri, Asih Kurniawati juga aktif di Motor Pustaka dengan menggunakan motor C70. Asih sendiri saat itu menjadi pelanggan Motor Pustaka. Karena memiliki visi yang sama, memunculkan benih-benih cinta hingga dibawa ke jenjang pernikahan. Maharnya saat itu buku karyanya.
Dengan Motor Pustaka ini, Sugeng berharap tumbuh kesadaran membaca dan literasi di tingkat warga. Ia juga punya harapan agar Motor Pustaka ini bisa membuka peluang kerja yang bisa didapatnya dari membaca buku, misalnya dengan membaca soal metode bertani cabe, warga pun bisa berpikir untuk mengolah lahan.
Berdasarkan pengamatannya, buku-buku yang diminati warga lebih mengarah kepada buku-buku berkategori UKM. Salah satunya buku tentang pembuatan kue yang sering ditanyakan para ibu di desa.