Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepakan Burung Camar dan Janji Dua Insan

9 November 2020   08:11 Diperbarui: 9 November 2020   08:15 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

senja begitu indah, saat aku memandang ombak yang berkejaran, menggulung karang di tepi laut, lalu menderaskan percikan dan pekikan, betapa kuat cinta laut pada ombak, setegar batu karang yang tetap setia di sana.

Kau ingat di pantai ini kita pernah mengikat janji? bahwa kau tak akan pergi tinggalkanku, dan aku tak akan berpaling darimu, tidak akan pernah ku mencoba mengisi hatiku dengan yang lain.

Apakah kau juga masih ingat, di pantai ini saat senja menjadi saksi apa yang kita ucapkan? Bersama hembusan angin yang menari-nari, menyanyikan kidung cinta, di antara kepakan sayap burung camar.

Masih aku ingat jelas di pantai penuh cinta ini, kau dan aku susuri pasir-pasir putih, di antara gelombang yang saling bersahutan, mengejar kaki-kaki kita, lalu terpaku menatap indahnya matahari yang terbenam.

Kau dan aku tersenyum, saling menatap, menggenggam erat tangan, membiarkan hati saling berbicara, yakinkan kita akan selalu bersama, seperti kebersamaan laut dan angin, juga setianya awan pada langit.

Aku berjanji akan kembali di sini, di pantai yang sama, di bawah pohon rindang yang sama, di mana kita mengikat diri, saat aku lingkarkan cincin bermata biru itu di jari manismu.

kau lihat burung-burung camar menari, kepakan-kepakan sayapnya dendangkan nyanyian romansa, kau dan aku ikut menari, kedua tangan kita meniru kepakan sayap, penuh bahagia.

Lima tahun berlalu, aku sang lelaki, menatap senja, di pantai yang sama, membiarkan angin membelai diriku yang kesepian, "ke mana cintaku?" bisikku lirih, yang terdengar hanya senandung pasir, merintih dalam kerinduan.

Perempuan di ujung senja, menatap lelaki itu dari jauh, mengukir senyuman saat angin membisiki kerinduan, melangkahkan kaki kian mendekat, hatinya membuncah, awan yang berarak mengikutinya.

"aku datang untuk penuhi janjiku," begitu katanya. aku sang lelaki, membalikkan badan, menatap perempuan cantik yang berdiri di sampingku, tak ada yang berubah, seperti pantai ini yang tetap setia menanti.

daun-daun menari dengan senang, di antara pohon-pohon yang merimbun, senja pun kian terasa indah oleh rona sunset mentari, dan langit melukiskan cinta, siluet senja yang indah, seindah kisah cinta dua insan, dan syahdunya kepakan burung camar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun