Pagi ini saya ada agenda kegiatan di kantor Badan Standarisasi Nasional (BSN) yang satu gedung dengan Kementeriaan Koordinator Kemaritiman, di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat.
Agenda dijadwalkan jam 09.00. Berarti saya seharusnya jam 7.30 sudah ada di Stasiun Citayam agar tidak terlambat. Tapi ternyata saya sampai jam 7.55. Itu juga diantar suami.
Pas saya sampai di Stasiun Citayam, ternyata ada antrian yang dipisah. Antrian yang ke arah Stasiun Jakarta Kota ada di sebelah kanan, sementara antrian yang tujuan Jatinegara berada di sebelah kiri.Â
Karena saya turunnya di Stasiun Sudirman, maka saya ikut antrian di sebelah kiri. Tapi antrian tidak terlalu panjang, jadi tidak terlalu ramailah menurut saya. Tidak seperti yang saya lihat di media sosial.
Ketika ada pengumuman kereta tujuan Stasiun Tanah Abang hingga tujuan akhir Stasiun Jatinegara, rantai pembatas antrian dibuka. Yang tujuan Stasiun Jakarta Kota tetap ditutup sampai kereta tujuan tersebut akan tiba di Stasiun Citayam.
"Yang Jatinegara ayo masuk. Jangan lupa pakai masker, baju lengan panjang, kalau perlu pakai face shield juga. Berdiri di tanda antrian ya, lihat ke bawah," kata petugas berseragam marinir memberikan pengumuman melalui toa.
Saya memang sering melihat tulisan "antrian ke Jakarta Kota" dan "antrian Jatinegara" di setiap stasiun yang saya singgahi. Tapi belum ada gambaran bagaimana bentuk antrian itu. Saya baru mendapat gambaran ya hari ini. Norak kan saya hahaha...
"Semua penumpang harus naik. Tidak ada yang boleh tinggal di peron, kecuali ibu hamil atau orang yang sakit," petugas memberikan pengumuman berulangkali ketika kereta berhenti di Stasiun Citayam.
Ketika saya naik, saya melihat beberapa penumpang ada yang masih duduk di sekitar peron. Saya perhatikan petugas yang memberikan pengumuman tadi menghampiri.
"Ibu mau ke mana, kenapa nggak naik?" tanya petugas yang terdengar oleh saya. Selanjutnya entah apa yang dibicarakan karena kereta sudah melaju.