Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Seruan Boikot Produk Prancis dan Dampaknya pada Pedagang Kecil

2 November 2020   14:20 Diperbarui: 3 November 2020   08:39 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkadang saya tidak habis pikir dengan pemikiran orang-orang yang berpandangan kebebasan berekspresi dan kebebasan berpendapat yang "melecehkan dan menghina suatu agama" adalah hak asasi manusia.

Seharusnya, kita (siapapun itu) harus berkaca pada pengalaman-pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya. Bahwa hal-hal yang menyinggung SARA sangat riskan dan berpotensi memunculkan konflik dan pertikaian.

Yang dampaknya tentu saja sangat menyakitkan jiwa dan merenggangkan hubungan akrab yang sudah terbina sekian lama. Seharusnya, semua itu dapat dijadikan pembelajaran, menjadi peringatan dan mawas diri atas segala perilaku dan ucapan.

Terbaru kasus pemuatan kartun Nabi Muhammad di Prancis. Kantor majalah Charlie Hebdo kembali merilis karikatur Nabi Muhammad, yang pada saat pertama kali diterbitkan saja pada 2015 juga telah mendapat kecaman luas dari seluruh dunia.

Tapi Presiden Emmanuel Macron membela kebebasan berekspresi itu. Jadi, pembelaan Macron atas publikasi itu, menurut saya, ya sebagai "tindakan bodoh" dan "penghinaan" karena tidak menjadikan peristiwa 2015 itu sebagai pembelajaran. Akankah ia akan bersikap sama ketika ada yang menyinggung agama yang dianutnya?

Sontak pernyataannya ini memunculkan gelombang protes di mana-mana yang berujung pada pemboikotan atas produk-produk negara tersebut. Dunia pun mengecam.

Aksi unjuk rasa dan seruan boikot produk Prancis meluas.  Termasuk di Indonesia, terlebih Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menyerukan untuk memboikot negara itu. Lembaga ini bahkan mendesak pemerintah Indonesia bersikap tegas dengan memberi peringatan keras kepada Pemerintah Prancis.

Coba, kalau Presiden Macron bisa menahan diri, kemungkinan besar seruan boikot tidak akan terjadi. Terlebih pemboikotan produk-produk ini terjadi di tengah wabah Covid-19. Sekarang saja cukup keras menghantam perekonomian dunia, ditambah dengan pemboikotan.

Sebagaimana kita ketahui, pandemi Covid-19 yang berlangsung selama 8 bulan ini sudah memukul sendi-sendi kehidupan manusia. Situasi dan kondisi perekonomian, terutama kalangan masyarakat menengah ke bawah semakin memprihatinkan. Ini tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga secara global.

Di negeri kita, mereka yang membuka warung-warung kecil mengalami dampak penyusutan penghasilan menyusul adanya aturan-aturan ketat yang diberlakukan sebagai upaya mengendalikan Covid-19. Bagaimana dengan adanya seruan memboikot produk-produk dari Prancis?

Banyak warung kecil yang menjual minuman galon isi ulang, minuman mineral gelas dan botolan, berikut produk camilan, susu, dan produk kosmetik asal negara itu. Jadi, adakah kekhawatiran yang dirasakan mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun