Nah, suami saya termasuk yang terlibat dalam pengurusan jenazah. Ia yang mengambil keranda mayat yang saat itu tengah ada di Taman Pemakaman Umum yang jarak cukup jauh. Ikut pula mengantarkan hingga ke pemakaman.
Suami juga memberikan bantuan tenaga jika dibutuhkan. Kebetulan, kerabat tetangga saya ini mobilnya mengalami kerusakan saat akan memarkir mobil. Karena harus pulang hari itu juga, dia tidak sempat untuk pergi ke bengkel. Terlebih dia berasal dari luar Depok yang mungkin tidak mengenal area di wilayah ini.
Suami pun lantas turun tangan, menghubungi beberapa temannya yang memiliki bengkel. Kebetulan suami tergabung dalam komunitas Land Rover Depok, sehingga tidak sulit untuk "mengerahkan" bantuan. Setelah diotak-atik dan mengganti kerusakan, mobil pun sudah bisa digunakan.
Anak kedua dari tetangga saya ini bersahabat dengan anak kedua saya, Annajmutsaqib, yang biasa saya panggil Kakak Najmu. Anak saya ini yang menemani sahabatnya yang terlihat sedih atas kepergian nenek yang dicintainya. Matanya basah oleh air mata. Hingga menemani melihat sang nenek  dimakamkan.
Ya begitulah hidup bertetangga, harus saling membantu tanpa mengharapkan balas budi agar kehidupan bertetangga berjalan harmonis. Saling rukun tanpa diwarnai konflik atau permusuhan. Jika ketahanan dalam bermasyarakat sehat akan berdampak positif pada ranah kebangsaan yang beragam.
Sebagaimana Allah berfirman, "Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga yang jauh." (An-Nisa': 36).
Dari bunyi surat An-Nisa di atas, kita bisa melihat bagaimana masyarakat Islam didorong untuk melakukan kebaikan terhadap seluruh manusia, termasuk tetangga kita, baik tetangga jauh maupun tetangga dekat.
Di lain sisi, Nabi Muhammad SAW Â mengatakan, "Barangsiapa beriman kepada Allah, dan hari akhir, maka ia jangan menyakiti tetangganya." (Muttafaq 'Alaih).
Rasulullah Saw menerangkan tentang siapa saja yang merupakan tetangga itu dalam hadisnya, "Tiap empat puluh rumah adalah tetangga-tetangga, yang di depan, di belakang, di sebelah kanan dan di sebelah kiri (rumahnya)." (HR Ath-Thahawi).
Rasulullah juga berpesan sikap kita kepada tetangga bisa menentukan kedudukan kita kelak di hari akhir, neraka atau surga. Meskipun banyak beribadah, ia tetap masuk neraka bila sering menyakiti tetangga dengan lisannya (HR Bukhari).
Ajaran Rasulullah tersebut mengisyaratkan pentingnya akhlaq baik. Seorang yang banyak beribadah seharusnya bisa menghasilkan akhlaq baik, jika ia melakukan semua ibadah itu dengan ikhlas dan sesuai syariat. Ajaran Islam mengajarkan untuk memperbanyak ibadah, perbaiki sikap, termasuk dengan tetangga kita.