Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Pesawat N250 Dimuseumkan, Ujung Gelap Dunia Iptek Tanah Air?

24 Agustus 2020   20:14 Diperbarui: 25 Agustus 2020   04:31 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Besok, Selasa, 25 Agustus 2020, pesawat bernama Gatotkaca itu diserahterimakan dengan pihak Museum Pusat Dirgantara Mandala (Pusdirla) Yogyakarta. Pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia (DI) itu akhirnya menjadi salah satu koleksi museum milik TNI Angkatan Udara.

Sungguh sangat disayangkan, setelah dua dekade berlalu dan "tidak disentuh-sentuh", akhirnya Gatot Kaca karya anak bangsa, bapak jenius Burhanuddin Jusuf Habibie, tidak bisa mengudara lagi. 

Sebagai orang yang pernah ikut "mengawal" bagaimana perjuangan eyang Habibie, jelas saya sedih. Ingin menangis, malah. Bayangkan, pesawat yang dengan susah payah dibangun eyang harus kandas begitu saja seperti menguburkan impian indah. Bagaikan terhempas ke jurang.

Padahal, dua minggu lalu kita baru saja memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang ke-25, dan pada 17 Agustus lalu kita juga baru saja merayakan kemerdekaan RI yang ke-75. Sungguh sangat menyakitkan bukan? Sepertinya ini adalah kado paling menyedihkan buat komunitas iptek Indonesia.

Kembali mengingatkan, penerbangan perdana pesawat N-250 Gatotkaca pada 10 Agustus 1995 di landasan Bandara Husein Sastranegara Bandung menjadikan Indonesia kian dipandang oleh dunia. Terlebih Gatotkaca ini 100 persen buatan bangsa Indonesia.

Pesawat ini menggunakan kode N yang berarti Nusantara, menunjukkan desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia.

Keberhasilan menerbangkan pesawat N-250 ini, atas usulan komunitas iptek, maka pada 6 Oktober 1995 Presiden Republik Indonesia menetapkan 10 Agustus sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) melalui Keputusan Presiden Nomor 71 Tahun 1995.

Menurut saya, keputusan memuseumkan pesawat N250 adalah ironi dalam pencapaian iptek dan inovasi nasional. Produk kebanggaan bangsa Indonesia, kini hanya berakhir tragis menjadi barang koleksi semata. Padahal, berkat N250 itu kita menjadikan bangsa yang dihormati di dunia. Terlebih pesawat ini pernah mengelilingi asia hingga ke Eropa.

Bisa jadi, pemuseuman Gatot Kaca sebagai indikasi bahwa iptek dan inovasi bukanlah sesuatu yang penting. Bisa juga menjadi isyarat sebagai ujung gelap dari dunia Iptek dan inovasi. Mungkin muncul kekhawatiran, produk iptek yang dihasilkannya hanya akan mengisi museum, seperti halnya Gatotkaca.

Kebanggaan atas pencapaian itu pun meredup.

Mengapa saya berpikiran seperti itu karena pesawat R-80 -- pesawat yang bermuatan sekitar 80-90 penumpang, dan pesawat N-245 --yang muat membawa 50 penumpang,  dicoret dari program Proyek Strategis Nasional (PSN) tanpa alasan yang jelas. Sangat mengecewakan ahli dirgantara anak bangsa yang sudah bersusah-payah mengembangkan program kedua pesawat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun