Â
Ketika saya berada di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, saya berkesempatan shalat di Masjid Sultan Syarif Hasyim yang indah dan megah, yang berada di Kampung Dalam, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak. Tak begitu jauh dari Istana Siak Sri Indrapura. Sebagaimana namanya, masjid ini milik Kesultanan Siak Sri Indrapura.
Masjid ini dibangun pada 1882 pada masa pemerintah Sultan Syarif Hasyim (Sultan Siak Ke-XI) dengan arsitektur sederhana terbuat dari kayu. Pada zaman pemerintahan Sultan Syarif Kasim II (Sultan Siak ke-12) mesjid dibangun dengan permanen berpaduan arsitektur Eropa Barat dan Turki pada 1926.
Kesultanan ini pernah mencapai masa jaya hingga memiliki 12 daerah kekuasaan sampai ke Sambas, Kalimantan Barat. Kerajaan Melayu di daerah ini berakhir tepat setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Kala itu, Sultan Siak Sri Indrapura terakhir, yakni Sultan Syarif Kasim II, menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia. Atas jasa-jasanya Sultan pun dinobatkan sebagai pahlawan nasional.
Siak
Siak sendiri dikenal sebagai wilayah yang sangat religius. Kata Siak Sri Indrapura secara harfiah bermakna pusat kota raja yang taat beragama. Dulu seseorang yang tekun beragama dikatakan sebagai Orang Siak.Pada masa Kerajaan Siak, masjid ini memiliki nama Masjid Syahabuddin atau Masjid Raya Siak. Berada di tepi Sungai Siak dan Jembatan Siak. Tidak heran, menjadi pusat perhatian pengunjung yang melintas di sana karena bentuknya yang megah dan indah. Terlebih masjid ini berusia lebih dari 100 tahun. Â Jika dihitung pada 2020, masjid ini berusia 138 tahun.
Lima kubah besar didominasi warna biru dipadu kuning. Terdapat juga menara di salah satu sudut pintu masuk area masjid. Pintu ini cukup unik karena langsung terhubung dengan selasar yang mengelilingi masjid membentuk garis persegi panjang dan menjadi akses masuk masjid.
Memasuki ruang utama masjid, akan terasa suasana lega. Atapnya yang begitu tinggi dengan plafon mengikuti bentuk kubah utama dibiarkan polos. Nuansa artistik justru muncul dari ornamen konstruksi struktur besinya. Dinding masjid banyak dihiasi lukisan kaligrafi dengan aneka warna cerah.
Di sebelah barat Masjid Sultan Syarif Hasyim ini terdapat pula area makam Sultan Syarif Kasim II. Sultan wafat pada 23 April 1968 di usia 74 tahun. Ketika saya ke sini, saya melihat beberapa pengunjung berziarah ke makam ini. Di halaman masjid, terdapat juga beberapa makam yang masih kerabat keluarga sultan.Â