Kemarin malam, saya berkunjung ke rumah orangtua saya. Selain untuk bersilaturahmi, juga untuk mengambil jatah daging kurban. Kebetulan saya kurban 1 ekor domba yang saya serahkan kepada panitia kurban mushala, yang tak lain abang saya, di wilayah kediaman orangtua saya.
Jadi, setelah hewan kurban saya disembelih, dikuliti dan dipotong-potong, ibu saya lantas mengabari untuk segera mengambilnya. Berhubung saat ibu saya telepon, suami saya baru dalam perjalanan pulang dari Ambon, saya pun bilang ke ibu saya, "nanti tunggu daddy pulang aja ya enin," kata saya, yang dijawab ibu saya dengan "ok".
Daddy adalah panggilan saya kepada suami, dan anak-anak pun memanggil demikian. Katanya sih biar suami saya selalu merasa muda. Panggilan itu tersematkan sejak anak pertama saya lahir. Sementara saya dipanggil bunda. Tidak nyambung ya?
Setelah bersantap malam dengan sajian daging kurban dan ngobrol-ngobrol, saya pun memutuskan pulang. Tak lupa membawa sekantong plastik daging kambing dan... ditambah dua kantong plastik daging sapi.
"Kan saya kurbannya domba, kok dapat daging sapi juga?" tanya saya. Ibu saya menjelaskan semua warga dapat, termasuk yang berkurban. Alhamdulillah berkah berkurban.
Sebelum pulang, ibu saya memberikan bocoran bagaimana memasak daging agar empuk tanpa perlu merebus lama. "Pakai soda kue," kata ibu saya.
Dalam bahasa Sunda, Ibu saya pun merincinya. Daging yang sudah dipotong-potong dibersihkan terus kasih soda kue, diremas-remas, diamkan beberapa menit, baru deh dicuci.
"Coba deh," kata ibu saya, lalu sebotol soda kue pun dimasukkan ke kantong plastik daging kurban. Kebetulan di rumah memang tidak ada soda kue secara saya sangat jarang bikin kue.
Daging sapi pun saya potong-potong, saya cuci, lalu saya taburi sedikit soda kue. Saya diamkan selama 30 menit sambil menuntaskan ketikan saya. Setelah itu, saya cuci.
Kemudian saya masukkan daging ke dalam air yang mendidih sambil mengiris kol dan mengulek bumbu-bumbu. Tidak sampai 20 menit, daging sapi saya coba eh benaran terasa empuk lho.