Ratusan pedagang pasar Kranggan Mas, Jatisampurna, Bekasi, Jawa Barat, berkeluh kesah. Mereka "berteriak" gara-gara Covid-19 pendapatan mereka turun drastis, bahkan ada yang sama sekali tidak mengantongi sedikit pun uang.Â
Akibatnya, mereka tidak bisa mencicil pinjaman yang dipinjamnya dari Koperasi Pasar Kranggan -- koperasi yang menaungi mereka. Imbasnya, koperasi pun tak mampu membayar cicilan pinjaman yang didapatnya dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM Kementerian Koperasi dan UKM.Â
Koperasi tersebut telah menerima dana pinjaman dari LPDB-KUMKM sejak 2015. Pada tahun pertama jumlah pinjaman Rp3 miliar. Pada tahun berikutnya menjadi Rp15 miliar. "Sisa pinjaman dari Rp15 miliar, kurang lebih hampir Rp2,6 miliar," kata Ketua Koppas Kranggan Anim Imanuddin saat saya ikut menyambangi koperasi tersebut bersama Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, pekan lalu.
Keluhan yang sama juga disampaikan para peternak sapi yang tergabung dalam Koperasi Produksi Susu dan Peternakan Sapi Perah (KPS) Bogor di Kawasan Usaha Peternak Sapi Perah, Desa Pemijahan, Kecamatan Pemijahan, Kabupaten Bogor.Â
Akibat Covid-19 anggota koperasi tak mampu membayar cicilan pinjaman yang akhirnya berdampak juga kepada koperasi yang tak mampu membayar cicilan pinjaman kepada LPDB KUMKM yang tersisa Rp1,9 miliar lagi.
Zamroni Burhan, Ketua KPS Bogor, menyampaikan, anggota yang 100 persen peternak sapi sangat merasakan dampak Covid-19. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah menyebabkan terbatasnya akses masuk ke daerah, sehingga distribusi pakan pun terhambat.
Katanya, pakan ternak ada yang berupa ampas tahu dan ampas tempe, ada juga yang berasal dari bungkil kelapa sawit dan bungkil kopi yang merupakan bahan baku konsentrat yang berasal dari Pulau Sumatra. Terbatasnya persediaan konsentrat protein sapi berpengaruh langsung pada volume susu yang dihasilkan.Â
Dia tidak menampik permintaan (demand) pembeli tinggi, namun supply sangat rendah. Ia pun memaparkan, misalnya rata-rata produksi susu yang dihasilkan sapi pada Januari-Maret sebanyak 12 ton, namun dalam kondisi pandemi yang menyebabkan berkurangnya 1 jenis menu pakan, berdampak pula pada menurunnya produksi susu.Â
Hal itu terlihat pada April-Juni, produksi susu hanya mencapai 8 ton. Meskipun ada pakan sapi yang berupa ampas, namun kandungan proteinnya cukup tinggi dan berpengaruh pada volume susu yang dihasilkan sapi. Sampai sejauh ini, suplemen atau konsentrat tersebut belum ada penggantinya. Sebelumnya, peternak memperoleh Rp10 juta per bulan, dengan cicilan pinjaman sebesar Rp3 juta - Rp4 juta per bulan.Â
"Namun dengan kondisi saat ini, pendapatan mereka menurun hingga Rp5 juta per bulan. Hampir dua bulan sejak Mei dan Juni ini, kami tidak melakukan kewajiban pembayaran angsuran ke LPDB-KUMKM, hal ini disebabkan pembayaran dari anggota pun tidak ada," tuturnya saat Menteri Koperasi dan UKM dan Direktur Utama LPDB KUMKM Supomo menyambagi peternakan tersebut, Sabtu (27/6/2020).