Setelah 3 bulan lebih tidak naik kereta, akhirnya saya naik juga. Sengaja jalan agak siang untuk menghindari "pemandangan yang mengerikan" seperti yang saya lihat kemarin.
Kemarin, saya membatalkan rencana kontrol saya ke radioterapi RSCM karena mendapatkan laporan-laporan dari media massa dan media sosial mengenai membludaknya penumpang.
Ngeri melihatnya. Terjebak dalam kerumunan banyak orang tanpa menjaga jarak, siapa yang bisa menjamin saya aman-aman saja? Terlebih saya punya riwayat penyakit keganasan.
Jadi saya putuskan jalan agak siang. Berbekal alat pelindung diri berupa masker dan sarung tangan mengikuti instruksi suami, saya melaju ke stasiun citayam diantar suami pakai motor.
"Hati-hati bun, ingat jaga jarak," kata suami pas sampai di stasiun. "Iya," kata saya seraya mencium punggung tangannya yang tertutup sarung tangan.
Ketika saya masuk, suasana sepi. Petugas juga tidak mencek suhu tubuh saya, tidak bertanya-tanya saya mau ke mana, dan keperluannya untuk apa. Tidak seperti arahan yang saya baca.
Di dalam gerbong juga sepi. Saya sampai berpikir sejenak mau duduk di mana. Di sana? Di sini? Di situ? Saya serasa naik kereta premium. Ih kenapa jadi norak begini. Saya seperti baru melihat dunia saja.
***
Tumben, tidak ramai seperti biasanya. Apakah jumlah pasien dibatasi? Atau karena saya yang datang sudah siang saja? Tapi meski siang, pasien biasanya tetap ramai kok.
Pintu masuknya bukan jalur seperti yang biasa saya lewati. Koridornya ditutup. Jadi saya balik arah ke pintu masuk utama. Di sini oleh petugas yang berpakaian APD, saya cuma dicek suhu yang tertera 36,2 derajat selsius.