Masa  SMA
Saat aku duduk dikelas satu SMA , menatap laki-laki yang berdiri didepanku. Dia adalah kakak kelasku dan sekaligus sahabatku. Aku selalu memperhatikannya ketika dia berjalan dari seberang kelasku , dan berharap dia adalah milikku. Tapi dia tidak menyadarinya, dan aku tahu itu.
Aku selalu datang tepat lonceng pergantian kelas selesai , dengan harapan bisa melihat dia menyelusuri koridor kelasnyasambil berdoa semoga  dia bisa melihat aku berdiri disini kemudian memberikan senyumnya yang aku kagumi . Tapi itu hanya dianganku karena dia tidak pernah tahu, kalau aku mencintainya.
Pernah satu waktu dia menyapaku ketika kami bertemu di depan ruang pustaka.Walau hatiku amat senang tapi aku tidak ingin dia melihat raut mukaku.Kami bicara apa saja, dan aku tetap senang melihat senyumnya. Walau aku memuja tatapan mata dan senyumnya, tapi dia tak akan tahu kalau aku memujanya.
Seorang laki-laki kemudian menyatakan cintanya padaku, walau aku berharap yang menyatakan cinta itu adalah dia namun kenyataan bukan dia. Akupun memulai membina hubungan dengan laki-laki lain tapi selalu memperhatikan gerak geriknya selalu memperhatikan senyumannya yang aku kagumi. Namun aku tidak berani berjalan didepannya karena aku tak ingin dia tahu kalau sebenarnya aku mengharapkan dirinya.
Sehari sebelum pesta kelulusannya aku melihat dia berjalan di koridor kelasnya menuju aku . Aku memberikan selamat padanya atas kelulusannya .Dia bilang , dia tak akan sering- sering melihatku lagi karena kita tidak satu sekolah lagi. Saat ini aku ingin menangis mendengar kata-katanya dan ingin mengatakan "jangan tinggalkan aku karena aku sangat mencintaimu" Tapi aku tidak bisa melakukan itu selain hanya mengangguk dan tersenyum sampai dia pergi dari hadapanku, dia tidak pernah tahu betapa aku sangat kehilangannya
Masa Penantian
Sejak saat itu, aku tidak pernah lagi mendengar kabar darinya.Satu lorong dihatiku kosong karena selalu mengharapkan kehadirannya dan satu lorong hatiku yang lain selalu selih berganti laki-laki lain mengisinya. Namun selalu ada yang kurang karena jauh disudut hatiku yang paling dalam aku masih mengharapkannya.
Entah kenapa hari itu dia datang menemuiku. Ingin sekali aku memeluknya dan mengatakan betapa lama dan lelahnya aku menunggunya. Aku masih melihat senyum yang sama dimasa lalu, tatapan mata yang sama. Kita bercerita layaknya dua sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Aku mulai menunjukkan sinar mata bahwa aku mencintainya. Tapi dia tetap tidak tahu sampai dia berlalu dihadapanku , bahwa aku mencintai dan mengharapkannya.
Aku terus menantinya dan mengharapkan dia suatu waktu dia  datang serta melamarku.tapi itu hanya impianku belaka.Sampai saatnya aku diharapkan menikah oleh keluargaku. aku hanya pasrah dan menyerahkan diri atas perjodohan yang telah diatur oleh keluargaku. Aku tak lagi memikirkan tentang cinta walau satu lorong dihatiku tetap kosong tapi aku terus menjalankan kehidupan , karena hidup terus berlanjut
Sekali waktu aku masih mengingatnya tapi itu terus aku tepis karena aku tak ingin hatiku sedih walau aku tahu sampai saat itu aku masih mencintai dan menantikan kehadirannya . Namun aku merasa kemungkinan itu sudah tidak ada lagi.