Masih kuingat ma, waktu mama duduk diranjang di  tempat tidurmu sambil melihat-lihat resep masakan yang selalu engkau suka. Aku lalu menghampirimu dan duduk didekatmu. Masih terasa bimbang yang ada dikepalaku untuk mengatakan padamu ma, tapi aku harus melakukannya.
Kemudian dengan arif engkau melihat padaku dan menanyakan apa yang sedang aku pikirkan. Dengan berat hati kukatakan padamu ma bahwa aku ingin berpisah dengan ayah anak-anakku.Aku lihat garis keterkejutan di wajahmu.Dan aku melihat badanmu bergetar menahan perasaan terluka, dan bertanya apa yang terjadi sebenarnya. Beribu pertanyaanmu harus kujawab malam itu ma, membuat aku tak mampu lagi mencari alasannya. Pelan kutinggalkan kamarmu ma, dan kemudian aku dengar isak tangismu
Maafkan aku ma, aku telah melukai dan mungkin membuat engkau malu dihadapan keluarga besar kita. Tapi ma, aku tidak sanggup lagi menjalani kehidupan perkawinan ini.Tambah lama tambah menyiksaku. Membuat aku kadang ingin berhenti bernafas dan menemui Tuhanku. Tapi ingat anak -anakku aku urung melakukannya.Terbayang senyum dan tawa cerianya yang mengobati luka hatiku.
Kali ini saja ma, biarkan aku menentukan hidupku. Selama ini aku selalu mengikuti keinginanmu dan papa. Sampai siapa yang akan mengawinikupun aku tidak pernah menolaknya. Aku sudah jadi apa saja yang mama inginkan, Aku tak pernah berani menolak segala yang mama dan keluarga mau terhadap diriku sebab aku percaya restu orang tua untuk apa saja yang kita lakukan adalah hal yang termulia. Namun kali ini ma, biarkan aku menentukan hidupku.Keputusan aku berpisah dengan suamiku bukanlah keputusan yang kuambil tiba-tiba seperti yang mama dan kakak-kakak katakan, Dan aku juga tidak takut keluar dari kenyaman kehidupan yang selama ini aku rasakan.Toh harta tidak bisa membuat hidupku bahagia. Dan mama tahukan? selagi kita berusaha Allah SWT tidak akan sia siakan kita. Dan aku percaya pada kemampuanku untuk berusaha, walau harus membanting tulang untuk kedua anak-anakku. Jadi ma, jangan ragukan aku untuk itu, aku dan anak-anak takkan kekurangan apapun nantinya. Percayalah pada kemampuanku ma.. Terakhir dari suratku ini ma, maafkan aku atas keputusanku ini.Tapi aku yakin, engkau akan tersenyum bahagia melihat aku bisa hidup bahagia disamping laki-laki yang aku cintai....suatu saat nanti
Ditulis oleh Neng Ravenalia No.peserta 49
NB : Untuk membaca hasil karya para peserta Fiksi Surat Cinta yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke Malam Perhelatan & Hasil Karya Fiksi Surat Cinta [FSC] di Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H