Mohon tunggu...
Neng Ravenalia Supriadi
Neng Ravenalia Supriadi Mohon Tunggu... lainnya -

ich kann, weil ich will, was ich muss..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(MPK) Selamat Jalan Kekasih

11 Juni 2011   00:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:38 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayonara daisuki na hito, sayonara daisuki na hito Zutto daisuki na hito, zutto zutto daisuki na hito Nakanai yo ima wa nakanaide ima wa Kokoro hanarete yuku sore demo watashi no daisuki na hito Selamat tinggal kekasih, selamat tinggal kekasih. Aku akan selalu mencintaimu. Selalu dan selalu mencintaimu. Aku tak ingin menangis saat ini. Meski hati kita akan terpisah jauh, engkau tetap cintaku. Alunan suara lembut Kiroro yang menyanyikan lagu Daisukina Hito (orang terkasih) membawa anganku menembus waktu, hingga sang waktu berhenti di saat aku harus meninggalkan orang-orang yang sangat kucintai dalam hidupku. Di bandara Juanda, engkau dan anak-anak kita melepaskanku di bandara Juanda dengan tetes air mata bening di sudut mata mereka. Kali ini kepergianku bukan untuk sehari dua hari tetapi untuk tiga tahun! Tiga tahun bukan waktu yang pendek dalam sebuah jalinan cinta dan kerinduan. Aku tidak tahu apakah aku mampu menghadapi kerinduan yang menyergap dan kesendirian yang menyiksa selama itu. Seperti sebuah bayangan gelap yang menghantui, ada rasa khawatir, ada rasa duka, dan ragu-ragu apakah langkah yang kupilih ini adalah langkah terbaik. Tanpa terasa tetes air mata itu membasahi kelopak mataku. Aku tak kuasa menahannya. Lalu engkau menggenggam tanganku. Dalam lindungan air mata, engkau tersenyum. Sangat manis. Teramat manis. Engkaupun melanjutkan kalimatmu, “Kekasih pergilah. Bawakan bintang untukku dan anak-anakmu. Percayalah aku akan melindungi dua sosok mungil ini hingga saatnya engkau kembali sebagai seseorang yang membuat kami bangga menjadi bagian dari cerita ini, menjadi saksi atas cinta yang perkasa….” Ah, aku terbangun dari lamunanku. Kupandangi wajahmu dan wajah anak-anak satu-persatu. Kulihat kemilau air mata yang membasahi mata yang tak bisa menyembunyikan perasaan duka karena sebuah perpisahan. Kudekap erat engkau. Kudekap erat dua sosok mungil buah hati kita. Sebagai lelaki aku tersentak, bagaimana aku telah begitu lemah, jauh lebih lemah dari dirimu yang begitu tabah dan perkasa. Kugenggam cita-cita itu erat-erat, dan dengan cintamu aku berani menatap hari-hari di depan. Hingga akhirnya pesawat ini membawaku terbang meninggalkan Bandara Juanda, meninggalkan orang-orang yang kucintai untuk meraih cita-citaku. Namida yo tomare saigo ni egao wo oboete oku tame (Aku menghentikan air mata. Dengan begitu aku akan selalu mengingat senyumnya sampai terakhir) Ah, tak terasa air mata juga menetes mendengar lagu itu malam ini, membayangkan betapa berat mereka melepaskanku pergi untuk meraih cita-cita mengejar impian waktu itu. Juga betapa berat engkau harus melalui hari-hari tanpaku... Di dalam benakku aku selalu bertanya, bagaimana mereka bisa bertahan dalam kerinduan dimana orang yang seharusnya memeluk mereka justru meninggalkan mereka. Duh Gusti, bagaimana aku tidak menangis, membayangkan engkau harus menjaga kelangsungan bahtera kehidupan sendirian, membayangkan anak-anak kita kehilangan pelukan seorang ayah di saat mereka sangat membutuhkannya. Kekasihku, tunggulah aku, aku akan kembali dengan segenggam bunga cita untuk kupersembahkan pada kalian semua. Bunga yang terbuat dari untaian air mata dan bongkah-bongkah kerinduan, dijalin dengan temali kasih sayang dan pengorbanan. Meski malam ini rasa dingin jauh lebih menyiksa dengan kerinduan yang lebih tinggi dari gunung Fuji, namun aku harus segera menata hati dan menyusun kembali tonggak-tonggak semangat. Kesendirian itu harus punya arti dalam membangun bunga cita yang terindah. Tanpa terasa, lagu Kiroro sudah selesai dan kini terdengar suara Chryse menyelimuti kerinduan dan kesendirianku. ".... janganlah kauragukan, segala ku untukmu, walau kini kita berpisah suatu hari nanti kita kan bersama lagi. bersama lagi kita berdua." Alunan lagu Chrisye itu membuat aku melamun jauh mengingat kekasih hatiku yang jauh disana.Kekasih hati yang selalu hadir disetiap langkah kakiku. Yang selalu hadir diantara doa-doa yang kupanjatkan. Kekasih hati yang menjadi kebanggaanku dan anak-anak. Anak-anak ya, mereka sangat bangga dengan ayah mereka, Kadangkala tanpa sengaja aku mendengar mereka bercerita kehebatan ayah mereka dengan kepolosan anak-anak… “Ayahku hebat mengambar loh, gambarnya bagus-bagus, nanti kalo aku udah besar pengen bisa mengambar sehebat ayahku…” “Sekarang ayahmu kemana?” tanya temannya “sekarang dia lagi sekolah jauuuuuuuuuh sekali, ke Jepang, itupun karena kehebatannya…” Aku hanya tersenyum senyum simpul mendengar pembicaraan mereka. Ah anak-anak tiap malam mereka selalu bertanya kapan ayah mereka akan pulang.Katanya kangen jalan-jalan sama ayah.kangen difoto sama ayah. Menjelang tidur selalu bercerita tantang berbagai kenangan tentang ayah. Pulang, besok kekasih hati aku akan pulang. Rasanya tak sabar menunggu malam cepat berlalu Rindu dihati seperti mengelegak ingin berjumpa dengannya. Tiga tahun waktu yang panjang harus aku lalui bersama anak-anak tanpa kehadiranmu. Kadang menangis sendirian kala hati tak sanggup menghadapi persoalan-persoalan hidup, Namun senyummu kala berpisah selalu menguatkan hatiku. Dan aku tahu hanya kekuatankulah yang mampu membuatmu juga bertahan disana untuk mengejar impian kita bersama. Impian kita, cita-citamu. ".... janganlah kauragukan, segala ku untukmu, walau kini kita berpisah suatu hari nanti kita kan bersama lagi. bersama lagi kita berdua." Masih terdengar lantunan lagu Chrisye senyap-senyap ditelingaku. Kututup jendela kamarku, karena dingin malam mulai merasuki tulang tulangku. Kan kujemput besok kekasih hatiku di Bandara Juanda dan menyiapkan makanan kesukaanmu kare ayam... Penulis : Ki Suki dan Neng Ravenalia (no. 182) (Kolaborasi diantara sakitnya Ki Suki...cepat sembuh ya Ki....) Untuk membaca hasil karya para peserta Malam Prosa Kolaborasi yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke sini : Hasil Karya Malam Prosa Kolaborasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun