[caption id="attachment_304477" align="aligncenter" width="504" caption="dokpri"][/caption]
Salah satu cara saya menikmati sebuah perjalanan jauh adalah dengan membaca buku, karenanya hal wajib yang perlu dilakukan adalah mencari buku baru di toko buku sebelum keberangkatan. Saya lebih menikmati membaca buku daripada online saat dalam perjalanan. Alhamdulillah, kali ini saya tak perlu ke toko buku sebab sudah ada 3 buku yang siap saya pilih untuk menemani perjalanan saya. Seorang Kompasianer, Pak Ben Baharuddin Nur menghadiahi saya beberapa minggu sebelumnya. Dan saya memilih Spirit! sebagai teman perjalanan.
Spirit! (harus pakai tanda seru) mampu me-recharge pandangan saya atas segala persoalan hidup. Persoalan-persoalan Negeri kelas kampung hingga Negara diracik secara sederhana namun sarat makna. Dari persoalan budaya cipika-cipiki, demo bayaran, bajak-membajak hak cipta, korupsi, pertarungan politik dan banyak lainnya.
Saya menikmati pemikiran Spirit! tanpa perlu menstimulasinya dengan obat antimual, tanpa perlu mengondisikan raga harus bugar sebab semua tersaji dengan hidangan yang tak membosankan. Saya bahkan semakin lapar dan senantiasa terjaga tak ingin ketinggalan sekejap pun celoteh Spirit! bersama sosok pria masa kini yang rasionalis. Keduanya dipertemukan dalam dialog-dialog bernas, memahami setiap persoalan dengan bahasa filosofis, religius dan optimistis namun ringan, logis, realistis dan terkadang jenaka.
Berkali-kali saya tercengang, termenung, bahkan tersenyum membaca celoteh Spirit! Ah, gila! pinter bener nih semut item! Berkali-kali pula saya harus menandai lembar-lembar berharga dengan melipat ujung lembarannya sebab saya menemukan banyak kebijaksanaan di sana.
Dialah Spirit! yang menawarkan optimisme pada setiap persoalan. Bahwa pilihan sikap ada pada diri kita sendiri. Bahwa optimisme mampu menghadirkan sikap dan perilaku positif ketika kita dihadapkan pada sebuah persoalan. Ada banyak karut-marut Negeri yang diakibatkan oleh kerakusan atau keculasan segelintir manusia.Dan menggerutu, menyalahkan bukanlah sebuah solusi. Spirit! selalu menawarkan sudut pandang positif dan optimisme bahwa seburuk apa pun kondisi Negeri ini selalu ada jalan keluar. Indonesia bisa!
Dialog imajiner antara Spirit! (sosok semut hitam) dan pria dalam buku ini tak kehilangan kelogisan dan rasionalitasnya. Optimisme, nilai-nilai moral, spiritualisme selalu dihadirkan dalam setiap penyelesaian masalah. Sebuah nilai yang dapat dimaknai dari buku ini bahwa diperlukan manusia-manusia cerdas secara intelektual namun tidak juga mengabaikan pentingnya sebuah hubungan dengan Tuhan dan manusia sekitar dalam membangun negeri ini. Bahwa Spirit itu tak mengenal ruang dan waktu sebab ia adalah nurani dalam setiap diri manusia!
Pemilihan tokoh semut hitam sebagai lawan diskusi sosok pria sangatlah bijaksana ketimbang memilih tokoh manusia. Sebab, dialog-dialog dalam setiap temanya termasuk hal-hal yang cukup kontroversial dan jika disampaikan oleh sosok manusia akan terkesan menggurui. Jika Spirit! adalah manusia, maka saya akan sangat jatuh cinta kepadanya! Ia cerdas, sedikit jaim namun tidak hilang kejenakaannya!
Satu hal lagi, tema-tema dalam buku Spirit! Ini menurut saya tidak akan basi, selalu aktual bahkan mungkin hingga seratus tahun ke depan. Selain itu, bersifat universal tanpa disekat oleh SARA meski di dalamnya selalu menghadirkan simbol-simbol keagamaan. Benarlah sesumbar penulis bahwa sekali membaca kau akan ketagihan dan enggan berhenti membaca hingga selesai. Kekaguman saya pada sosok Spirit! tentu akhirnya harus bermuara pada sang kreatornya - Pak Ben!
Apa yang saya tuliskan ini belumlah cukup mewakili isi buku Spirit! Terima kasih banyak untuk Pak Ben atas kebaikannya menghadiahi saya buku-buku berharga. Sesungguhnyalah nilai-nilai kebaikan yang Bapak hadiahkan kepada saya. Semoga menjadi amal jariyah. Ditunggu buku-buku lainnya ya, Pak Ben!
Salam Spirit!