Mohon tunggu...
Neng Mustika Rani
Neng Mustika Rani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Ilmu Komunikasi Untirta

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kearifan Lokal Suku Baduy

13 Desember 2020   10:54 Diperbarui: 13 Desember 2020   11:11 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Neng Mustika Rani*

Salah satu kedudukan Pancasila adalah sebagai pandangan hidup bangsa yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Pancasila memiliki peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mengatur kehidupan bangsannya, serta jika digali dari nilai budaya, Pancasila harus tersisipkan dalam kebudayaan Indonesia baik kebudayaan lokal maupun nasional. Sebagaimana yang telah dicantumkan dalam sila ke 3 yaitu "Persatuan Indonesia" dimana Negara Indonesia ini memiliki banyak sekali kebudayaan. Oleh karena itu, kebudayaan Indonesia harus tetap dijunjung tinggi oleh setiap warga negaranya.

Seiring dengan perkembangan zaman, dimana kemajuan dalam bidang teknologi dan informasi pada saat ini sudah semakin canggih, dan juga sudah hampir merata disemua daerah, baik di perkotaan maupun di perkampungan. Dapat dikatakan jika bangsa yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zamannya akan diklaim sebagai bangsa yang "ketinggalan zaman".

Di Indonesia yang merupakan Negara kepulauan serta memiliki keanekaragaman budaya, adat istiadat, agama yang berbeda telah tersentuh juga oleh imbas dari masa Renaisans tersebut. Perkembangan zaman terus menerus berubah sehingga membuat adat istiadat dan kebiasaan yang terbentuk akan berubah pula dengan sendirinya, walaupun tidak memudarkan ciri-ciri dari komunitas itu sendiri. Namun dari sekian banyaknya suku atau daerah di Indonesia yang telah menerima masuknya perkembangan zaman, ternyata masih ada suku atau daerah yang masih tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi budaya tradisionalnya.

Provinsi Banten masih memiliki masyarakat yang berpegang teguh pada adat tradisinya yaitu suku Baduy. Suku Baduy ini bertempat di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak terletak pada daerah aliran sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng, Banten Selatan. Permukiman mereka berjarak sekitar 40 km dari Rangkasbitung, pusat kota di Lebak, Banten. Pada umumnya masyarakat Baduy mengasingkan diri dari kehidupan luar agar tidak terpengaruh oleh masyarakat lainnya yang sangat bertolak belakang dengan kebudayaannya. Suku Baduy bagaikan sebuah Negara yang diatur oleh tatanan adat istiadat yang kuat karena mereka sangat tertutup dengan Modernisasi.

Orang Baduy menyebut dirinya adalah Urang Kanekes atau Orang Kanekes. Kata "Baduy" merupakan sebutan dari peneliti Belanda, mengacu pada kesamaan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang gemar berpindah-pindah. Bahasa yang digunakan Orang Baduy adalah Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia.

Siapa yang tidak tahu Orang Baduy? Orang yang melintas di pinggir jalan, kakinya tak beralas, mengenakan baju kain putih sederhana, ikat kain putih di kepalanya, dan suka membawa madu. Suku Baduy memiliki tiga lapisan, yaitu Baduy Dangka, Baduy Luar, dan Baduy Dalam. Populasi mereka sekitar 26.000 orang.

Bisa dikatakan warga Baduy Dangka dengan warga Baduy Luar tidak beda jauh dari perkembangan warganya, hanya saja kalau Warga Baduy Dangka sudah tinggal di luar tanah wilayah (adat) dan Warga Baduy Luar masih tinggal di dalam tanah wilayah (adat). Warga Baduy Dangka sudah tidak lagi terikat oleh aturan-aturan atau kepercayaan animisne Sunda Wiwitan tapi kalau Warga Baduy Luar masih menjunjung kepercayaan Sunda Wiwitan. Dari Warga Baduy keduanya sudah bisa mengenyam pendidikan dan melek teknologi. Yang terakhir, warga Baduy Dalam atau Baduy Jero. Mereka tinggal di pelosok tanah adat, pakaian mereka serba putih, kepercayaan Sunda Wiwitan masih sangat kental. Sering dikatakan bahwasa warga Baduy Dalam dianggap memiliki kedekatan dengan leluhur. Mereka buta pendidikan, dan teknologi, bahkan kaki mereka pun tidak beralas, menurut warga Baduy Dalam hidup apa adanya dirasa sebagai cara untuk tetap dekat dengan yang Maha Esa.

Keberadaan Baduy Dalam dilindungi oleh Baduy Dangka dan Baduy Luar. Kedua lapisan tersebut bertugas untuk menyaring hempasan informasi dari dunia luar, sehingga adat istiadat Suku Baduy akan tetap terjaga.

Meskipun menutup diri dari dunia luar, para wisatawan masih bisa berkunjung ke wilayah Suku Baduy Dalam. Namun ada peraturan yang wajib dipatuhi saat berkunjung ke Suku Baduy Dalam, yaitu: tidak diperkenankan menghidupkan jenis elektronik apapun, dilarang memotret setelah memasuki gerbang Baduy Dalam, mematuhi adat istiadat, dilarang mengeluh selama perjalanan, dilarang memakai unsur modern, menjaga ucapan dan perilaku, dan saling menolong, menghormati, menghargai sesama. Selain bisa berwisata, kita akan mendapatkan banyak sekali manfaatnya, salah satunya adalah kita bisa melihat kearifan lokal yang masih terjaga dan dilestarikan hingga saat ini, serta kita dapat melihat pemandangan desa yang asri yang sangat tradisional di zaman modern seperti sekarang ini.

Di Suku Baduy juga memiliki 2 sistem pemerintahan, yaitu sistem pemerintahan nasional, sebagaimana sistem yang mengikuti aturan negara. Dan sistem pemerintahan adat, yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya oleh masyarakat Baduy. Kedua sistem pemerintahan ini diakulturasikan sedemikian rupa agar tidak terjadi benturan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun