Mohon tunggu...
Nurmala Kusumadewi
Nurmala Kusumadewi Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang suka baca buku dan pegiat sosial media

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok dan Sosok Wisanggeni

16 Maret 2017   16:02 Diperbarui: 16 Maret 2017   16:04 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi mereka yang suka dengan cerita pewayangan pasti mengenal nama Wisanggeni.  Namanya Berasal dari kata wisayang artinya bisa dan geni yang artinya api.  Tak peduli siapapun pasti dibakarnya. Musuh atau kerabat, teman atau tetangga bila menyimpang dari kebenaran pasti akan dilawan. Hasratnya cuma satu yaitu membela kebenaran dan memerangi kebathilan.

Dibandingkan dengan beberapa tokoh lainnya, nama Wisanggeni sebenarnya bukan tokoh yang ada dalam Kitab Mahabrata. Ia merupakan tokoh buatan pujangga Jawa. Kisah hidupnya yang dikisahkan sangat sedikit, meliput empat tahap yaitu lahir, bersosialisasi (krida), menikah dan meninggal.

Sedangkan secara fisik, Wisanggeni adalah sosok pemuda yang gagah dan berani. Berbicara apa adanya kepada siapapun dan dalam kondisi apapun, kecuali kepada Sanghyang Wenang. Kesaktian Wisanggeni dikisahkan melebihi putra-putra pandawa lainnya, misalnya Antareja, Gatotkaca ataupun Abimanyu. Sepupunya yang setara kesaktiannya hanya Antasena saja. Namun bedanya, Antasena bersifat polos dan lugu, sedangkan Wisanggeni pintar dan penuh dengan gagasan. selain itu, Wisanggeni juga dikenal sebagai tokoh yang dekat dengan siapa saja tanpa pandang bulu.

Tak berbeda jauh dengan Wisanggeni, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok juga memiliki sifat yang sama yaitu tegas, apa adanya (tanpa tedeng aling-aling) dan juga berteman dengan siapa saja. Sifat Ahok yang seperti itu, sangat cocok sekali dengan kondisi Jakarta yang dikenal sebagai kota yang keras. Karena membangun Jakarta juga membutuhkan mental pemimpin yang pemberani mengingat Jakarta selain sebagai pusat pemerintahan juga sebagai pusat premanisme.

Sebagai Gubernur yang menggantikan Jokowi pada 19 November 2014, Ahok dikenal sebagai sosok pemimpin yang tidak suka terlalu banyak teori dalam membangun jakarta dengan kata lain ia adalah sosok pemimpin yang sedikit bicara tapi banyak kerja. Hal ini terbukti dengan gencarnya pembangunan ibukota .

Pembangunan secara fisik bisa kita lihat dengan  menjamurnya sarana dan prasarana yang semakin bertambah dari Selatan, Timur, Barat dan Utara Jakarta seperti ruang sekolah, gedung rumah sakit, jalan layang, halte busway dan lain sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun