Mohon tunggu...
NENGHENDRIYANI
NENGHENDRIYANI Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Jauh dari Bunda, Ya!

7 Desember 2017   10:06 Diperbarui: 7 Desember 2017   10:19 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jangan Jauh Dari Bunda, ya!

Oleh: Neneng Hendriyani

Pagi ini aku mendengar lagi kalimat itu. Seketika ingatanku segar kembali ke masa-masa puluhan tahun lalu. "Jangan jauh dari Mama, ya!". Hufh, kata-kata yang sama dengan esensi pesan yang sama. Disampaikan oleh orang yang berprofesi sama, yaitu ibu.

Hai, pernahkah berpikir sebelumnya apa yang sedang ibu pikirkan dan inginkan dengan kalimat sakti tersebut? Apa ibu ingin anak tersebut menjadi anak yang patuh, diam, teratur, disiplin dan selalu mengikuti alias mengekor kemana ibu pergi? Apa ibu sedang menjaganya? Menjaganya dari apa? Apa ibu yakin, dengan kalimat ini ibu sedang mempersiapkan anak tsb berani dan siap menjalani kehidupannya? Apa ibu, ah... Terlalu banyak pertanyaan yang melintasi benak saya. Saya ragu ibu memikirkan hal yang sama dengan saya.

Baiklah, saya setuju dengan ibu. Seorang ibu hanya ingin memastikan anaknya selamat, dan bahagia. Entah bagaimana ia bahagia itu tak pernah terlintas pula di benak ibu. 

Namun, mari duduk denganku sebentar saja. Kita diskusi sebentar saja. Hanya sebentar, Bu. Anak yang tadi kau bentak dengan kalimat itu bawa pula ke sini. Mari duduk di sebelah ku sambil kita melihat anak-anak lain berenang.

Ibu, apa ibu lihat tatapan wajah anak ini saat ibu membentaknya tadi? Apa ibu tahu apa yang ada di hatinya? Apa ia bisa menerima kalimat tajam ibu tadi? 

Bu, kalimat ibu tadi telah merusak kepercayaan dirinya. Ia telah membunuh rasa ingin tahunya perlahan-lahan.

Selamat, Bu. Ibu telah berhasil mendapatkan anak yang apa kata ibu. Seorang anak yang perlahan menjadi robot. Ia hanya akan pergi bila ibu menyuruhnya pergi. Ia akan duduk bila ibu memintanya duduk. Ia akan persis seperti apa yang ibu katakan. Tidak akan mampu jauh dari ibu. Tidak akan bisa memutuskan apapun tanpa bantuan ibu. Tidak akan berdaya tanpa ibu.

Ku harap tiada penyesalan nantinya. Saat anak itu dihadapkan pada sebuah masalah berat dan kau tidak ada di sampingnya, ia akan sangat kesulitan sekali mengambil sikap yang tepat. Ia sudah terbiasa mengikuti semua instruksi ibu. Ia sudah menyerahkan semua hidupnya kepada ibu. Ibulah segalanya untuknya.

Cimanggu, 7/12/2017; 09:42 wib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun