Mohon tunggu...
Neng Sholihat
Neng Sholihat Mohon Tunggu... -

seorang biasa yang sangat biasa sekali

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menguak Rahasia Kelelawar

29 Desember 2013   09:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:23 1870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelelawar merupakan satu-satunya mamalia bersayap yang termasuk ke dalam ordo Chiroptera. Chiroptera berasal dari bahasa Yunani: cheir artinya “tangan” dan pteron artinya “sayap”. Nowak dalam Nurfitrianto, dkk (2013) mengungkapkan bahwa ordo Chiroptera yang terbagi atas 2 subordo, yaitu Megachiroptera dan Microchiropteraterdiri dari 18 famili, 192 genus, dan977 spesies.

Kelelawar mempunyaisayap tipis yang disebutpatagium; terbentuk oleh perpanjangan jari kedua sampai kelima, sertaterdiri daribanyak pembuluh darah, serabut jaringan ikat dan saraf.Perbedaan nyata antara sayap kelelawar dengan sayap burung adalah pada perluasan tubuhnya yang berdaging dan sayapnya yang tidak berbulu terbuat dari membran elastis tetapi berotot.

Kelelawar menggunakan frekuensi 100.000 Hz untuk navigasi gerakan terbang. Kelelawar memanfaatkan mekanisme aerodinamika yang sama seperti serangga serta mengandalkan pusaran udara horisontal yang disebut LEV (leading edge vortex) untuk menjaga tubuhnya tetap mengambang.

13882836831980313842
13882836831980313842

LEV terbentuk saat kelelawar mengepakkan sayapnya ke bawah (downstroke). Hal tersebut menghasilkan gaya dorong ke atas yang cukup kuat sehingga kelelawar tidak jatuh saat melakukan gerakan lambat atau melayang. Gaya dorong yang dihasilkan LEV menyumbangkan 40 persen gaya yang dibutuhkan untuk melayang.

Kelelawar memiliki ciri khusus yang dikenal dengan istilah echolocation (echo: gema, suara terpantul; dan location: penentuan letak, tempat benda). Ekolokasi kelelawar adalah teknik penentuan jarak dan keberadaan suatu benda dengan mengeluarkan suara, lalu mendengarkan pantulan suaranya sehingga memungkinkannya mendapatkan "peta".

Kelelawar Microchiroptera dengan kemampuan ekolokasi mengeluarkan suara ultrasonik dari mulut atau hidungnya. Pantulan gelombang suara yang diterima oleh tragus diteruskan ke otak untuk diterjemahkan menjadi citra lingkungan sekitarnya dalam benak kelelawar. Bentuk telinga kelelawar yang seperti corong berfungsi sebagai penerima gelombang ultrasonik yang dibalikkan, seperti radar penerima.

1388283755278855036
1388283755278855036

Menurut Cracknell, kelelawar mengeluarkan pulsa gelombang ultrasonik dengan frekuensi ± 40-50 kHz (Marlianto). Denyut ultrasonik yang dipancarkan oleh kelelawar akan dipantulkan apabila terkena mangsanya. Kelelawar menentukan letak melalui gema dengan mengingat setiap gelombang suara yang dikeluarkannya dan membandingkan gelombang suara yang asli dengan gema yang kembali kepadanya. Jika kecepatan bunyi di medium v, selang waktu t antara dikeluarkannya suara dengan diterimanya gema dapat dihitung dengan frekuensi suara kelelawar f dan banyaknya gelombang ultrasonik yang dipancarkan n, maka dapat ditentukan jarak sasaran s dari kelelawar melalui persamaan berikut:

13882840131585394613
13882840131585394613

Menurut Efek Doppler, jika sumber suara dan penerima suara keduanya sama-sama tak bergerak, maka penerima akan mengindera frekuensi yang sama dengan yang dipancarkan oleh sumber suara. Tetapi jika salah satunya bergerak, frekuensi yang diterima akan berbeda dengan yang dipancarkan. Oleh karena rentang frekuensi yang mampu didengar oleh kelelawar sangat sempit, maka kelelawar akan meninggikan frekuensi suara apabila hendak menangkap mangsa yang bergerak menjauh. Sebaliknya, ia akan merendahkan frekuensi suaranya jika mangsa bergerak mendekat. Hal ini dimaksudkan agar frekuensi suara yang dipantulkan tidak jatuh ke wilayah frekuensi yang tidak dapat didengar oleh kelelawar.

1388284080558376116
1388284080558376116

Prinsip ekolokasi kelelawar diterapkan pada teknologi Ultracane, yaitu alat bantu bagi tunanetrayang dapat menggambarkan citra buatan tiga dimensi dalam otak pengguna. Teknologi lainnya ialah sonar (sound navigation and ranging)dan USG(ultrasonography).

Manfaat lain dari kelelawar yaitu saliva kelelawar yang mengandung enzim Desmoteplase (DSPA) untuk mencegah pembekuan darah, daging kelelawar dengan senyawa kitotefin-nya sebagai obat asma, serta kotoran kelelawar yang dijadikan pupuk guano.

Oleh: Ainul Mardhiyah, S.Pd; Aisyah Hasyim, S.Pd; Neng Sholihat, S.Pd

Daftar Rujukan:

Nurfitrianto, H., Budijastuti, W., Faizah, U., 2013, Kekayaan Jenis Kelelawar (Chiroptera) di Kawasan Gua Lawa Karst Dander Kabupaten Bojonegoro, Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Marlianto, E., Studi Ultrasonik pada Bahan Superkonduktor Suhu Tinggi (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Fisika Superkonduktor pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan), (Online),http://wanibesak.wordpress.com/2011/08/23/gelombang-ultrasonik-cara-kelelawar-melewati-gelapnya-malam-dan-menemukan-mangsa/ [diakses 1 Desember 2013]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun