Mohon tunggu...
nengfitrianjani
nengfitrianjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka tantangan dan melakukan hal baru

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Latar Belakang Sosial Masyarakat Periode Inggris Pertengahan

2 Januari 2025   20:21 Diperbarui: 2 Januari 2025   20:32 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: google 

MASYARAKAT PERIODE INGGRIS PERTENGAHAN

Pada masa kekuasaan Edward selama 20 tahun tidak mengalami banyak kemajuan dalam bidang kesusastraan. Kemunduran dimulai sejak penyerbuan orang-orang Skandinavia. Peninggalan satu-satunya adalah pembangunan gereja-gereja, antara lain gereja besar Westminter Abbey. Karena Edward tidak mempunyai keturunan untuk menggantinya, dan di samping itu asas keturunan bukanlah sesuatu yang mutlak dalam sistem monarki di Inggris,maka pemilihan raja ditentukan oleh suatu dewan yang disebut Witan. Kemudian dewan tersebut memilih Harold, putra Godwin, Earl of Wessex sebagai pengganti Edward. Keputusan ini ditentang oleh Harald Hardrada, raja Norwegia, dan William, Duke of Normandy, yang masing-masing masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Edward the Confessor, dan karenanya merasa berhak juga atas tahta Inggris.

Raja Harold dari Inggris berhasil mengalahkan pasukan penyerang dari Norwegia pada akhir September 1066. Namun, belum lama kemudian, Inggris diserang lagi. Kali ini, penyerang datang dari selatan, yaitu William, Duke of Normandy. Pertempuran sengit terjadi di Hastings dan berakhir dengan kemenangan William. Dengan kemenangan ini, William menjadi raja Inggris yang baru. Budaya Inggris pun berubah karena pengaruh budaya Normandia.

Daerah Normandia, meskipun masih bagian dari Perancis, tapi dijuluki daerah merdeka yang dikuasai oleh orang-orang keturunan Skandinavia (Vikings) yang menyerbu pada awal abad ke-10. Raja Perancis tidak bisa mengusir mereka, jadi ia membuat perjanjian dan memberi mereka daerah tersebut. Normandia diperintah oleh duke yang secara formal adalah bawahan raja Perancis, tetapi dalam kenyataannya, Normandia adalah negara merdeka. Orang-orang Skandinavia atau Viking adalah pelaut ulung yang berkelana, menyerbu, merampok, membunuh, dan menetap di negeri lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka yang tinggal di Normandia cepat beradaptasi dan menjadi salah satu suku bangsa Eropa yang paling beradab.

Karena William dibesarkan dan lama tinggal di Normandia, maka sewaktu berkuasa di Inggris, dia merekrut banyak pejabat yang berasal dari orang-orang Normandia dan akibatnya kebudayaan Normandia banyak merasuk ke Inggris (kebudayaan Anglo-Saxon). Selama berkuasa di Inggris, William menyita tanah-tanah milik orang-orang Anglo-Saxon, mula-mula di Selatan dan kemudian menjalar ke Utara. Dan yang disita tidak hanya tanahtanah kaum bangsawan, tetapi juga tanah-tanah rakyat. Dengan demikian William menjadi tuan tanah di Inggris; dengan kata lain, semua tanah menjadi milik raja. Banyaknya orang Normandia yang menggantikan pejabat di Inggris menyebabkan kesenjangan antara aristokrasi (kelas penguasa baru) dan kaum bawah (petani Saxon). Kesenjangan ini semakin dalam karena kaum bangsawan Normandia (duke, earl, count) berbicara dalam bahasa Perancis Normandia, sedangkan rakyat kecil (Saxon) berbicara dalam bahasa Inggris Anglo-Saxon.

Akibat penggunaan dua bahasa membuat tata bahasa Inggris (Anglo-Saxon) berubah dan menjadi lebih sederhana. Bahasa Inggris juga diperkaya dengan ribuan kosakata Perancis, dan banyak kata asli Anglo-Saxon digantikan oleh kata-kata pinjaman. Contoh kata-kata Perancis yang masuk ke dalam bahasa Inggris adalah court, crown, tower, dungeon, justice, prison, sot, peace, privilege, dan charity. Selain itu, infleksi dalam bahasa Anglo-Saxon banyak dihilangkan karena pengaruh bahasa Perancis. Misalnya, artikel "the" yang awalnya memiliki sembilan bentuk disederhanakan menjadi satu bentuk. Pada abad ke-14, ketika orang-orang Anglo-Saxon berhasil meningkatkan status sosial mereka, bahasa Perancis mulai tergeser dan bahasa Inggris kembali menjadi bahasa utama.

Salah satu peninggalan penting William I dalam sistem administrasi negara di Inggris adalah Domesday Survey, yang bertujuan mencatat detail kekayaan di Inggris, termasuk manusia, tanah, dan ternak. Untuk mengumpulkan data-data ini William menunjuk petugas khusus untuk mengumpulkan data hingga pelosok. Mereka dibantu oleh Juries setempat yang terdiri dari pejabat (reeve), rohaniwan, dan enam petani (villains). Data yang terkumpul digunakan untuk menentukan pajak dan dicatat dalam Domesday Book pada tahun 1086. Sepeninggal William the Conqueror, William Rufus (1087-1100),  putra sulung, naik tahta yang kemudian diganti oleh Henry I (1100-1135), adik kandung William Rufus. Karena Henry I tidak mempunyai keturunan anak lelaki tahta kerajaan diberikan kepada Stephen Deblois yang kemudian direbut kembali oleh cucu Henry I, yaitu Henry II (1154-1189). Seiring pergantian tahta raja-raja di Inggris, terjadi peristiwa-peristiwa penting yang memengaruhi perkembangan masyarakat maupun budaya Inggris pada abad pertengahan. Peristiwa-peristiwa itu antara lain Perang Salib (The Crusades), lahirnya Konstitusi Inggris (Magna Carta), Parlemen (Parliement), Perang Seratus Tahun, dan lain-lain.

Perang Salib antara Inggris dan Islam untuk memperebutkan Jerusalem berlangsung selama dua abad dan terdiri dari tiga tahap: Perang Salib I (1096-1099) yang berhasil merebut Tanah Suci, Perang Salib II (1147-1150) yang gagal, dan Perang Salib III (1189-1192) yang juga gagal merebut kembali Tanah Suci dari Sultan Saladin dari Mesir. Walaupun Inggris gagal merebut Jerusalem, Perang Salib memberikan dampak positif bagi perkembangan peradaban Eropa Barat. Orang-orang Eropa Barat memperluas wawasan tentang budaya Timur, perdagangan, ilmu pengetahuan, dan filosofi. Mereka juga mengenal barang-barang mewah dari Timur Tengah seperti tekstil halus, wangi-wangian, dan rempah-rempah. Tokoh Perang Salib dari Inggris adalah raja Richard I atau Richard the Lion Hearted (1189-1199), putra Henry II. Masa hidupnya banyak dihabiskan untuk berperang dan masalah urusan pemerintahan diserahkan kepada adiknya John dan dewan penasehat. Richard I terkenal sebagai jenderal perang yang tangguh.

Pada masa pemerintahan Raja John (1199-1216), lahirlah Magna Carta yang ditandatangani pada tahun 1215 di Runnymede. Piagam ini dibuat atas desakan kaum bangsawan untuk membatasi tindakan sewenang-wenang Raja John. Magna Carta mengatur kewajiban dan hak feodal yang harus ditaati semua pihak, termasuk raja, dengan 63 pasal yang mencakup tuntutan-tuntutan para bangsawan mengenai hak dan kewajiban mereka serta perlindungan hukum. Magna Carta menyatakan bahwa raja dan hambanya harus tunduk pada hukum yang disepakati bersama, tanpa hak istimewa untuk mengubahnya. Magna Carta menjadi pedoman utama bangsa Inggris dalam mempertahankan hak dan kebebasan dari kesewenang-wenangan penguasa, serta menjadi dasar bagi pemerintah monarki konstitusional.

Lahirnya parlemen (Parliament) terbentuk berkat rintisan Henry III (1216-1272) dan Edward I, putra Henry III. Kata "parliament" yang berarti musyawarah atau diskusi, pertama kali digunakan pada masa Henry III. Awalnya, Parlemen berbentuk satu majelis tanpa pembagian House of Lords (Majelis Tinggi) dan House of Commons (Majelis Rendah). Majelis dipimpin oleh raja atau Chancellor, dan dihadiri oleh pejabat Gereja, knights sebagai wakil counties, serta wakil golongan menengah warga kota. House of Commons sebagai majelis tersendiri lahir ketika para knights dan warga kota mengadakan sidang-sidang sendiri secara tidak resmi untuk membahas jawaban kolektif atas pertanyaan atau permintaan dari Lords. Jawaban tersebut kemudian disampaikan oleh juru bicara (speaker) atas nama orang-orang biasa (commons) kepada sidang pleno parlemen. Seiring waktu, juru bicara menjadi ketua House of Commons.

Pada saat Perang Seratus Tahun (1338-1457) memainkan peran penting dalam perkembangan masyarakat abad pertengahan. Perang ini terjadi akibat perselisihan politik antara monarki Inggris dan Perancis. Salah satu penyebabnya adalah daerah Gascony di Perancis Selatan yang masih dikuasai Inggris, dan persaingan ekonomi dalam produksi tekstil wool di Flanders yang bergantung pada Inggris. Pada akhir perang, Perancis menang dan Inggris kehilangan semua wilayahnya di Perancis kecuali Calais. Meskipun Inggris tidak memenangkan perang, Perang Seratus Tahun memiliki dampak positif bagi Inggris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun