Kegiatan yang kembali dirasakan setelah sekian lama tidak dialami, kembali menjadi pembelajar dalam mengikuti sebuah kegiatan yg mendorong seseorang untuk kreatif dan inovatif. Hal yang sering saya lakukan adalah mengikuti kegiatan yang bertujuan membentuk karakter leadership, namun kali ini sungguh berbeda sebagai salah satu pengalaman yang harus tertuang selalu dalam sebuah ukiran kata.
Teachers Writing Camp sesi 4 yang diadakan oleh Komunitas Sejuta Guru Ngeblog (KSGN) serta dilaksanakan di Wisma Universitas Negeri Jakarta selama 3 hari dari tanggal 26-28 Desember 2014. Sebuah kegiatan yang memotivasi para pendidik untuk menuangkan isi pikirannya ke dalam bentuk tulisan, mengabadikan apa yang pernah dibaca, diamati, dipraktikkan, dan diamalkan. Kegiatan ini merupakan wadah yang memberikan peluang kepada para pendidik untuk kembali belajar, mempelajari bagaimana cara menulis. Menulis yang dimaksud dalam kegiatan ini bukan hanya sekedar mengenal sebuah huruf dan diukir menjadi tulisan pada secarik kertas, namun mengembangkan buah pikiran yang dapat dan sudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui kegiatan ini, para guru dimotivasi untuk saling berbagi dalam hal apapun melalui tulisan yang dapat diperhatikan oleh dunia luas. Salah satu cara mengapresiasikan kemampuan dan kreatifitas para pendidik, dari ilmu yang dimiliki bukan hanya dimanfaatkan sebagai wacana yang diucapkan lisan kepada para murid. Seharusnya ilmu yang dimiliki dapat menjadi kebanggaan, dengan menjadi manfaat bagi orang-orang disekitar bahkan masyarakat luas.
Kegiatan ini awalnya dalam bayangan saya hanya menjadi kegiatan yang akan membuat saya jenuh dan duduk manis sambil mendengarkan para pemateri berceloteh dengan ilmunya masing-masing. Bahkan mungkin menurut saya apa yang mereka sampaikan terkadang tak dapat dimengerti dengan baik, mungkin itu hanya penilaian pribadi saya yang masih awam dengan dunia menulis ini lebih jauh. Bahkan perjalanan menuju ke lokasi acara pun saya berangkat dengan setengah hati dan penuh rasa malas, tapi saya mencoba memaksakan diri untuk kembali bersemangat dalam belajar. Mungkin ini karena faktor kurangnya kontinu saya dalam belajar dengan ilmu-ilmu baru lagi, padahal sebelumnya saya selalu bersemangat dalam mengikuti seminar, workshop, maupun training.
Tepat dihari keberangkatan untuk mengikuti TWC #4 ini ada saja yang menjadi hambatan sehingga menunda saya untuk sampai di lokasi acara tepat waktu. Mulai administrasi pengajuan dana untuk mengikuti kegiatan ini yang belum saya selesaikan, orang tua murid yang meminta untuk bertemu hari Jumat tepat tanggal 26 Desember ini, dan segala alat elektronik saya untuk administrasi yang mengalami kerusakan dengan tiba-tiba serta segala hal lainnya yang mendadak seolah menjadi penghalang keberangkatan saya. Segala hal tersebut rasanya membuat saya frustasi dan menyerah untuk kembali pulang, mungkin ini disebabkan oleh niat saya yang setengah-setengah dan dipaksakan karena diutus oleh pimpinan redaksi saya.
Segala hambatan tersebut tak membuat saya menyerah, saat melihat handphone jadul saya berdering karena ada pesan singkat yang masuk. Pesan tersebut ternyata dari murid saya yang mengucapkan selamat pagi dan menyemangati saya dalam mengikuti pelatihan dan bisa mempunyai buku sendiri. Pesan tersebut membuat saya teringat terhadap target saya yang pernah saya tulisa di awal tahun 2014 dan telah saya lontarkan terhadap murid saya, bahwa saya harus menghasilkan karya tulis minimal sebuah buku fiksi. Karena saya senang membaca buku fiksi seperti novel membuat saya pernah bermimpi untuk menciptakan karya tulis berupa novel, namun sangat menyedihkan sampai saya sudah hendak tiba di penghujung tahun 2014 ini mimpi saya tersebut belum bisa saya wujudkan.
Sepanjang perjalanan menuju UNJ saya mulai berpikir saya harus mulai kembali rajin membaca dan menulis untuk membuat hal yang saya alami dapat melekat abadi. Bukan hanya menjadi kenangan yang teringat dalam pikiran yang mungkin suatu saat akan menghilang dan terganti dengan kenangan yang baru, melainkan menjadi kenangan yag kapanpun dan oleh siapapun bisa dibaca bahkan dipetik hikmah dari tulisan yang tertuang tersebut. Pada acara ini saya merasa kembali menemukan semangat untuk konsisten dalam menulis,
Walaupun sempat merasa jenuh karena lelah dan waktu yang menunjukkan untuk istirahat siang hari, jadi mata saya tersayup untuk segera memejamkan mata. Saat Pak Namin selaku ketua panitia mulai mengintruksikan untuk mulai menulis, saya kembali menyegarkan mata untuk menulis di notebook yang sudah disediakan panitia. Di tengah berlangsungnya acara hujan pun mengguyur disambut dengan kilat dan petir yang saling menyambar, namun itu tidak menyurutkan semangat para peserta TWC #4 untuk terus belajar menulis.
Hari yang menjelang sore ternyata membuat saya bertemu dengan seorang kompasianers bernama Maria, sosok perempuan yang membuat saya menemukan banyak cerita dari dia yang sudah lebih dulu menjadi seorang guru dan penulis di blog. Menurut mbak Maria begitu saya memanggilnya, dengan menulis kita dapat mengingat suatu hal yang mudah dilupakan dan dengan menulis kita lebih mudah menghafal sesuatu daripada hanya sekedar membaca. Banyak cerita dan pengalaman yang ia berikan kepada saya yang membuat saya banyak mengulang cerita saat saya masih rajin membaca dan menulis.
Bukan suatu hal yang membuat saya menyesal, melainkan membuat saya banyak belajar dan membuka potensi yang hanya saya pendam selama ini. Saya tidak tahu menulis adalah passion saya atau bukan, tapi yang saya tahu dengan menulis saya dapat berbagi dan mengulang kisah yang sudah pernah saya lalui. Memang nyata menulis membuat kita review yang telah kita lihat dan lakukan, meski itu hanya sebuah cerita sederhana ataupun dongeng. Saya membuktikan sendiri bahwa menulis itu nikmat, dimana kita bisa menuangkan segala hal yang terpendam dan membaginya dengan orang disekitar kita. Di malam hari pertama acara ini saya menjadi peserta terbaik dalam menulis tangan dengan keahlian menganalisis cerita yang dilihat melalui sebuah tayangan, dan sasaran pertama saya terpenuhi yaitu meraih yang terbaik dan mendapatkan buku Om Jay yang berjudul “Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H