Transportasi Publik masih Rawan Kejahatan
Selasa, 11 September 2012 | 15:39 Pemerintah daerah harus serius memberikan keamanan dan kenyamanan pengguna transportasi umum.
Peristiwa perampokan dalam taksi yang dialami oleh dua orang remaja putri di kawasan BSD Tangerang Selatan masih belum menunjukkan titik terang siapa pelaku dan nama perusahaan taksi yang digunakan.
Peristiwa perampokan itu terjadi, Sabtu, (18/8) lalu. Saat itu dua orang remaja putri NL dan R menyetop taksi putih yang mangkal di depan BSD Junction. Mereka tidak ingat nama taksi yang ditumpangi, hanya mengingat warna taksinya putih.
Menanggapi peristiwa ini Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), menyatakan faktor kemanan di ibu kota sering terabaikan, baik menyangkut kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
"Kejadian ini adalah potret keamanan ibukota, terlebih kendaraan umum, yang melibatkan interaksi dengan pihak lain," ujar Tulus Abadi, pengurus YLKI di Jakarta, Senin (11/9).
"Tugas kepolisian untuk mengungkap kasus tersebut dan menangkap pelaku, karena kasus ini sudah mengusik keamanan. Kalau memang ini melibatkan sopir, pihak Dinas Perhubungan dan Organda harus memperbaiki rekrutmen sopir," tukas Tulus.
Tulus menambahkan, peristiwa ini dan kejadian lain di ibukota menunjukkan semakin pentingnya keamanan bagi warga negara secara umum, lebih-lebih perlindungan bagi para pengguna fasilitas publik atau fasilitas umum.
"Polisi harus menemukan nama perusahaan taksi tersebut, karena sudah dicirikan berwarna putih, tentu saja ini jalan bagi polisi untuk menemukan secepat mungkin," tambah Tulus.
Sementara itu, anggota Komisi III DPR Martin Hutabarat mengungkapkan, memang kalau ada tindak kejahatan muara laporan masyarakat adalah ke kepolisian. Untuk itu, kepolisian harus cepat tanggap jika ada laporan kejahatan.
"Saya mengharapkan agar kasus perampokan yang menimpa dua perempuan di BSD Tangerang, pollisi bisa mengungkapnya demi kemanan dan kenyamanan masyarakat," ujarnya