salam kenal semuannya.
saya orang lama tapi muka baru di kompasiana. maksudnya orang dah lama mengikuti perkembangan persepakbolaan di negeri ini semenjak rame2nya bang nurdin diturunkan, dan aktif baca2 di kompasiana ini.
saya juga orang baru, karena baru tergerak hati untuk buka akun di kompasiana ini.
ada satu hal yang sangat saya apresiasi pada waktu awal gerakan reformasi sepakbola semenjak nurdin halid dilengserkan, yaitu gerakan kembali ke khittohnya sepakbola yaitu semangat untuk kembali ke ruh sepakbola, agar dijauhkan dari politisi, dijauhkan dari mafia, dan ditegakkannya aturan organisasi.
lebih2 dengan terbentuknya pengurus baru yang membawa semangat perubahan. eforia semangat itu sangat merasuk kedalam benak saya. karena apa? karena saya juga ingin melihat perubahan dan prestasi sepakbola Indonesia jadi lebih baik. ingin melihat timnas kita mampu berbicara di kancah internasional.
TAPI KENYATAANNYA NOOOOL BESAR.
pengurus yang baru tersebut ternyata tak mampu berbuat banyak, apalagi dengan adanya rongrongan dari kelompok yang berseberangan, menjadikan pengurus reformis tersebut tak berkutik. Ada yang bilang kalo cuma besar di omong doang, tapi sejatinya nol besar. (saya sendiri sih nggak yakin itu)
tapi...
fakta di lapangan memang menunjukkan hal tersebut. Liga yang digadang membentuk liga yang profesional dan bersih, tak mampu berbuat banyak akibat dari boikot sebagian besar klub yang bernaung dibawah gerombolan pohon beringin. malah terjadi pemboikotan massal terhadap timnas dan pembentukan liga tandingan yang dianggap ilegal oleh pssi.
dengan dukungan yang massif baik dari klub pembangkang yang masih berstatus sebagai anggota pssi, dukungan pendanaan yang kuat dari big boss, serta ketidak berpihakan pemerintah, membuat pengurus pssi tsb seperti macan ompong yang cuma bisa mengaum tanpa bisa menggigit.
dan itu fakta.