Bagi sebagian wanita menikah di usia muda mungkin tabu. Namun dikampung ku menikah di usia muda sudah biasa, termasuk aku sendiri menikah saat usiaku menginjak 18 tahun.
Aku tidak banyak berfikir saat ada seorang laki laki yang datang kepada orang tuaku untuk melamar ku. Sampai akhirnya akupun menikah.
Saat ini Alhamdulillah di usiaku 24 tahun aku sudah memiliki 2 putri dan satu putra yang lucu lucu.
Saat aku baru memiliki putri pertama awalnya memang masih bingung bagaimana cara mengurusnya. sampai-sampai ibuku harus turun tangan untuk terus mendampingiku sampai si sulung berusia 3 bulan.
Sejujurnya awalnya aku seperti mimpi, baru satu tahun dari usiaku menikah, aku harus sudah mengurus anak. Belum lagi ngurus suami, mulai memasak, bersih bersih rumah, mengurus anak dll aku kerjakan sendirian tanpa bantuan asisten rumah tangga. Saat libur kerja baru suami sesekali membantuku.
Seiring berjalannya waktu, Alhamdulillah aku lama kelamaan bisa menghandle semua pekerjaan rumah tanggaku. Yang dulunya aku paling riskan kalau ngurusin bayi saat PUP, tapi sekarang aku sudah terbiasa. Bahkan sering terjadi saat aku sedang makan tiba tiba anak kedua atau ketiga ku PUP.
Aku sangat bersyukur di usiaku masih muda, Allah sudah mengamanahkan kepadaku 2 putri dan satu putra. Sehingga semakin hari kebahagiaanku semakin bertambah dengan kehadiran mereka. Mungkin saja jika aku tidak menikah di usia muda kegiatanku sampai saat ini belum jelas. Namun dengan menikah muda, di samping aku ngurus suami, juga aku ngurus anak-anak yang lucu sehingga setiap detik waktu berlalu InsyaaAllah akan bernilai ibadah.
Kebahagiaanku tidak cukup sampai disana, karena walaupun akau punya tugas menjadi ibu rumah tangga ternyata Allah juga memudahkan aku untuk dapat berkuliah di universitas. Sehingga bagiku ini menjadi bonus tambahan yang sangat berharga sebab aku banyak mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan,teman dll.
Tentunya tidak semua perjalanan hidup ini selalu berjalan mulus, akupun terkadang harus mampu menghadapi ujian ujian yang Allah berikan padaku. Seperti saat anak anak rewel dan susah diatur. Terkadang aku marah dan merasa kesal, saat melihat anak susah diatur tersebut. Mungkin karena usiaku masih muda sehingga jiwa sabarkau belum teruji, yang akhirnya kadang kadang luapan emosiku menyasar kedalam urusan lain.
Saat memilih makanan,pakaian,model dan lain sebagainya, adakalanya aku lebih mengedepankan keinginanku daripada kebutuhan anak anaku, yang akhirnya terkadang akupun pusing sendirian karena harus berlawanan dengan keinginan suami, orang tua dan juga orang orang dekat lainnya.
Tentu saat menikah yang terbayang semua yang enak-enaknya saja, dan seteleh menikah baru semuanya kita mampu mengetahui dan merasakan arti berumah tangga yang sesungguhnya. Saat sudah menikah kita harus rela tidur hanya 3 jam permalam demi menunggui sang bayi yang baru lahir dan kita juga harus rela setiap waktu untuk mengganti popok bayi yang kotor, sekalipun kita sedang makan. Belum lagi jika anak sakit tentunya kita akan lebih direpotkan lagi karena biasanya anak suka lebih manja.
Beruntung aku menikah dengan seorang suami yang sudah dewasa. Jadi setidaknya aku lebih sering diajari dalam berbagai hal termasuk urusan kuliah.