Kesempatan berkarir di perusahaan global kini semakin terbuka lebar. Terutama dipicu dengan pandemi ketika mulai banyak perusahaan global yang menerapkan sistem remote working atau bekerja dari mana saja. Manfaat yang didapatkan pun tentu tidak sedikit.
Menurut Pahrizal Ma'rup, Senior Fullstack Engineer Alexys, Australia, dalam kesempatan Break Talk Niagahoster beberapa waktu lalu, Income yang jauh lebih besar jika berkarir di dunia IT global sudah tidak perlu diragukan lagi. Selain itu, yang sangat dirasakan adalah network yang luas dan bisa berinteraksi dengan orang-orang yang selama ini kita anggap lebih keren. Dari situ semakin memupuk keinginan diri untuk berkarir dengan baik di dunia IT global secara remote.
Belum lagi, kesempatan tersebut didapatkan dengan tetap bisa dekat dengan keluarga dengan sistem kerja remote. "Dengan remote working, bisa tetap dekat dengan keluarga dan work life balance tetap terjaga," tambah Lalu Lian Hari Wangi, Founder Lumbung Inovasi, di kesempatan yang sama.
Baik Rizal maupun Lian mengaku kapasitas mereka secara pribadi juga semakin berkembang sejak berkarir di perusahaan global luar negeri. Dengan pola pikir mereka yang banyak mengalami perubahan, mereka juga membangun komunitas di Indonesia dan membagikan pengetahuan serta pengalaman pada teman-teman yang ingin mencoba berkarir global.
Dengan kultur yang berbeda, memang dibutuhkan adaptasi yang tidak mudah ketika memutuskan untuk berkarir di perusahaan global. "Setiap negara berbeda-beda. Misalnya di ada yang menjunjung tinggi kedisiplinan dan diajak ngebut bahkan sejak pertama kali masuk kerja. Berbeda lagi dengan di negara lain yang memperhatikan work life balance, misalnya di negara-negara Eropa," kisah Rizal.
Ia melanjutkan, hal yang paling penting untuk disiapkan sebelum berkarir di perusahaan global adalah membangun mental. Dalam perjalanan, mental memang akan menguat secara sendirinya, namun memiliki pondasi awal tentu juga amat penting.
"Bahasa Inggris dan skill bisa dipelajari. Bahkan terkadang mereka tidak mengharuskan bahasa Inggris yang sempurna. Asal cukup untuk berkomunikasi dan justru mereka lebih suka yang seperti itu. Sehingga, proses komunikasi tidak bertele-tele. Untuk skill sesuai bidang, bisa diasah dengan coba apply di perusahaan global untuk mendapatkan technical test. Meskipun nantinya gagal, tapi technical test bisa menjadi ajang berlatih yang baik," katanya.
Lian mengatakan, manusia cenderung terlalu overthinking atas hal yang bahkan belum tentu akan menjadi kenyataan. Dari situ bisa muncul banyak keraguan untuk mencoba peruntungan berkarir di perusahaan global. Padahal, banyak sekali keuntungan yang bisa didapatkan.
"Buang jauh-jauh keraguannya. Tabrak aja dulu. Kalau ada kendala atau gagal, belajar lagi untuk memperbaikinya. Bergabung di komunitas untuk membangun network dan menambah skill. Ada banyak cara yang bisa dilakukan," tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H