Rintik gerimis menawarkan kesejukkan pada hati nan gersang karena kerinduan hingga pagi menjelang.
Hujan meninggalkan embun yang mengintip malu di sela ujung dedaunan. Sesaat aku merasa sang embun mengejekku."Jangan menangis sayang... Jadi lah sepertiku, yang tidak pernah mengharapkan hujan untuk datang kembali."
"Apakah hujan berjanji untuk kembali?" Tanyaku pada embun. Kemudian embun menjawab "Hujan selalu berjanji untuk kembali, tapi... ia tak kunjung datang hingga mentari pagi membawa kupergi."
Senyumku mengahat, di antara hembusan angin pagi yang begitu bersahabat.
Angin menghampiriku dan berkata "Titipkan rindumu kepadaku akan kubawa kepada sebuah nama yang kau mau," Kuberikan rinduku pada angin dan ia pun menggenggam erat rinduku.
"Jaga rinduku wahai angin, jangan biarkan siapapun merebutnya, rindu ini hanya milikku. Katakan pada sebuah nama yang kutitip rindu. Bahwa aku akan selalu memeluk jiwanya dalam mimpi-mimpiku."
Angin beranjak pergi dengan membawa sepenggal harap dalam hati. Berharap sebuah nama yang kurindu akan menerima titipan rinduku pada angin dengan senyum kebahagiaan, berharap kembali merajut kasih yang telah hilang di balik pintu kenangan.
sepenggal cerita yang menyisakan kenangan bak jelaga yang bergantung pada tepian rindu nan kelam.
Kadang aku ingin berlari sejauh yang aku mau, terbang bersama awan untuk meninggalkan rindu yang tak merindu. Namun, aku kembali diingatkan oleh kenangan.