Kisah berkubang lara.
Menggantung bak jelaga di ujung swastamita.
Kulihat bayang wajah dalam kaca.
Betapa rapuhnya pancaran bola mata.
Riuh suara dalam raga.
Penyebab lenyapnya ketenangan jiwa.
Senyumku getir terpaksa.
Percakapan bagai udara yang hampa.
Aku diam seribu bahasa...
Tidak pula meniti kata.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!