Sejak saat itu hidup mereka menjadi tidak menentu, sering sekali tidak ada nasi di rumah, karena hanya ibu yang mencari uang sebagai pemulung, pernah ibu menjadi buruh cuci, tapi gaji yang diberikan sang majikan satu bulan sekali, hingga akhirnya ibu memutuskan untuk memulung barang bekas agar mendapatkan uang setiap hari meskipun sedikit, untuk sekedar membeli beras agar dapat menyambung hidup bersama kedua anaknya.
Beberapa program pemerintah yang ramai di bicarakan sedikit pun belum pernah di terima, pernah satu hari Anisa dan Ibu sedang berjalan melintasi kerumunan antrian orang yang sedang mengambil beras program pemerintah. "Mereka sedang apa Bu," tanya Nisa.
"Ibu juga tidak tahu, hanya kabarnya hari ini ada pengambilan beras dari pemerintah," jelas ibu.
"Ayo, Bu... kita ikut ngambil," ajak Anisa polos.
"Tidak bisa, Nak... hanya yang memiliki kupon yang bisa ambil dan Ibu tidak punya kuponnya,' jawab ibu seraya tersenyum.
"Kenapa pemerintah tidak bagi rata kuponnya? Kita juga, kan butuh beras sama seperti mereka," ucap Anisa kembali seraya menatap ibunya.
"Ini, kita sudah punya untuk makan hari ini," jawab sang ibu seraya mengangkat tentengan di tangannya, merka pun tertawa dan kembali berjalan menuju rumah dengan menenteng 1 liter beras dan 1 bungkus biskuit untuk adek bayi hasil keringat ibu hari itu.
Kini wanita yang terlihat lebih tua dari usia sebenarnya, tengah menangis dalam sel salah satu kantor polisi, membayangkan kedua bocah yang menanti kepulangannya di rumah.
Siang tadi di saat ia sedang mengais barang-barang bekas di dalam proyek, tiba-tiba securty menyeretnya, ia dianggap telah mencuri barang-barang bekas tersebut, padahal yang ia ambil hanya botol-botol plastik, ember-ember kecil bekas cat, hanya saja ia sedikit mengambil besi-besi sisa potongan, itulah yang membuat ia di tuduh sebagai pencuri.
Ia membayangkan jika menjual besi-besi itu, pasti hasilnya akan lebih banyak, toh jika pun besi-besi itu tidak di amabil hanya akan terus bertumpuk dan hangus di makan karat, karena sudah banyak sekali tumpukan-tumpukan besi tua yang terbengkalai.