Sebagai salah satu kota tertua yang terdapat di Indonesia, Palembang juga termasuk kota terbesar kedua di bagian Sumatera loooh!! Banyak banget wisatawan yang ingin berkunjung ke sini, karena terkenal dengan kuliner khasnya, bahasanya, sungai musinya, berbagai tempat unik yang menarik dan tentu saja keindahan jembatan Ampera yang menjadi pusat peradaban kota Palembang ini.
Lalu bagaimanakah sejarah jembatan Ampera itu sendiri ? Dan wisata apa sajakah yang terdapat dikota Palembang? Yuuk simak pemaparannya dibawah ini hehe
Sejarah Jembatan Ampera
Pembangunan jembatan ini dulu dimulai pada bulan April tahun 1962. Panjangnya 1177 m dengan lebar 22 m, pembangunan jembatan tersebut dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Soekarno yaitu Presiden Indonesia Pertama!! Greget kan? Haha. Lebih gregetnya lagi, biaya pembangunan jembatan diambil dari dana rampasan perang jepang loohh!! Dan kontraktor hingga pekerja pun semua ditanggung oleh pemerintah Jepang. Mungkin karena Jepangnya gak enakan sama kita kali ya dulu udah menjajah hehe.
Dengan kesungguhan Bung karno, beliau memperjuangkan keinginan warga Palembang untuk memiliki sebuah jembatan diatas sungai musi. Nah tahun 1965 tepatnya tanggal 30 September 1965 jembatan tersebut resmi di buka. Dan pada awalnya dulu nama jembatan ini adalah Jembatan Bung Karno yang disematkan oleh Letjend Ahmad Yani.
Menurut sejarawan Djohan Hanafiah pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan pada presiden pertama saat itu. Tapi, tahun 1966 setelah terjadinya pergolakan politik dan ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera yang lebih cocok sesuai dengan fungsinya sebagai Amanat Penderitaan Rakyat yang pernah menjadi slogan bangsa Indonesia pada tahun 1960-an. Ini nih bukti kalo gak ada yang bisa ngalahin kekuatan rakyat.
Ada keistimewaan dari jembatan ini, dulunya bagian tengahnya bisa diangkat loh!! Pada saat bagian tengah jembatan diangkat maka kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan tinggi maksimum 44,50 meter bisa lewat untuk mengarungi Sungai Musi. Namun kalo bagian tengah jembatan gak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa melewati bawah jembatan hanya sembilan meter dari permukaan air sungai. Keren kan?
Namun tahun 1970, Jembatan Ampera gak lagi di naik turunkan, karena dinilai mengganggu arus lalu lintas yang menghubungkan antara Seberang Ulu dan Seberang Ilir kota palembang yang memakan waktu cukup lama yaitu sekitar 30 menit. Juga karena pendangkalan sungai semakin parah, dan sampai sekarang, terus mengalami pendangkalan membuat kapal yang berukuran besar gak bisa lagi melewati bawah jembatan, oleh sebab itu pemberian batas tinggi maksimum kapal pun sekarang di berlakukan untuk mnghindari kerusakan jembatan. sayang banget kan??
Setelah gak lagi di naik turunkan dan khawatir jika sewaktu-waktu bandul pemberat jatuh dan menimpa orang yang lewat di jembatan , maka pada tahun 1990 dua bandul pemberat masing-masing seberat 500 ton yang berfungsi untuk menaik turunkan bagian tengah jembatan akhirnya dibongkar dan diturunkan. Makanya sekarang gak kelihatan lagi tu dua bandulnya dijembatan.
Pada tahun 1981 Jembatan Ampera pernah direnovasi, dengan menghabiskan dana sekitar Rp 850 juta. Asal kalian tahu dulu 1 dolar kira-kira = 200 rupiah loh, bayangin aja sekarang biayanya berapa?? Renovasi dilakukan setelah muncul kekhawatiran akan ancaman kerusakan Jembatan Ampera yang bisa membuatnya ambruk.
Dan bersamaan dengan eforia reformasi tahun 1997, beberapa onderdil jembatan itu diketahui dipreteli pencuri. Ternyata dulu juga udah ada kasus pemcurian onderdil jembatan, pantas aja sekarang tambah parah. Nah pencurian ini dilakukan dengan memanjat menara jembatan, dan memotong beberapa onderdil jembatan yang sudah tidak berfungsi. Nah satu lagi ni, warna jembatan pun sudah mengalami 3 kali perubahan dari awal berdiri berwarna abu-abu kemudian tahun 1992 di ganti kuning dan terakhir di tahun 2002 menjadi merah sampai sekarang. Itu sejarah singkatnya Jembatan Ampera, dulunya gimana bisa menjadi seperti sekarang.