Menghasilkan suatu karya tulis yang berkualitas tentunya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kemudian, ketika kita berkeinginan memublikasikan tulisan kita, dan kita tidak memiliki dana yang memadai untuk mencetak dan menerbitkannya, maka tidak ada cara lain kecuali menawarkan kerjasama dengan penerbit. Pada saat seperti itu seringkali kita dihadapkan pada keraguan atas kualitas tulisan kita, dan ragu untuk menawarkan karya kita kepada penerbit besar.Â
Kali ini, saya akan berbagi kisah tentang karya tulis saya, sejak niat menulis sampai diterbitkannya buku saya. Buku yang saya tulis adalah kamus kanji Jepang - Indonesia.Â
Sesungguhnya, meskipun saya mengantongi ijazah S1 Bahasa Jepang dan berprofesi sebagai guru bahasa Jepang di SMA, namun tingkat kemampuan saya dalam menulis dan membaca kanji Jepang hanya sebatas standar. Akan tetapi ketika anak saya kuliah di jurusan bahasa Jepang, dan kamus-kamus kanji yang dijual di toko-toko buku pada saat itu rata-rata kurang lengkap, maka muncul keinginan saya untuk menulis sendiri kamus kanji Jepang, agar anak saya bisa menemukannya kanji dengan lebih cepat di komputer. Mulailah saya menulis kamus kanji dengan cara menghimpun berbagai kamus kanji yang saya miliki.Â
Ketika kamus rampung ditulis, saya baru menyadari bahwa saya telah menghabiskan lebih dari dua tahun untuk menyelesaikan penulisan kamus. Hal ini melahirkan keinginan baru, yaitu memublikasikan kamus saya sebagai kompensasi atas waktu yang saya habiskan dalam menulis kamus tersebut. Ketika keinginan untuk menawarkan kepada penerbit muncul, mulailah saya ragu atas mutu dari kamus yang saya tulis. Oleh karena itu, saya tidak berani menawarkan naskah saya kepada penerbit besar, meskipun teman-teman menganjurkan agar saya mengirimkan naskah tersebut ke penerbit besar.Â
Betapa kagetnya saya, ketika naskah yang telah menyita waktu saya selama lebih dari dua tahun hanya dihargai dengan sangat murah  oleh sebuah penerbit yang tidak terlalu terkenal. Bahkan sistemnya 'jual putus', alias hak cipta dibeli oleh penerbit. Sungguh merupakan penghinaan dan di luar ekspektasi. Tawaran penerbit yang terasa merendahkan  itu, justru mendorong saya untuk mengirimkan naskah tersebut kepada penerbit yang lebih besar.Â
Dua minggu sejak saya mengirimkan naskah kepada penerbit, pihak penerbit menghubungi saya untuk datang ke kantor penerbit dalam rangka penandatanganan kontrak kerjasama penerbitan naskah saya. Sistem yang mereka tawarkan adalah sistem royalti, dengan pembayaran awal yang cukup baik. Â Setelah melalui proses pengeditan selama tujuh bulan, buku kamus kanji Jepang - Indonesia dicetak dan diedarkan oleh penerbit. Â
Hari ini, kebahagiaan saya bukan lagi berkaitan dengan nominal, namun lebih kepada kepuasan diri karena buku yang saya tulis bermanfaat bagi ribuan orang. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H