Apakah para pembaca pernah merasakan hasil karya kalian dibajak orang? Kali ini saya akan membagikan kisah buku saya yang dibajak oleh oknum yang tak bertanggung jawab, agar kita semua bisa lebih waspada.Â
Pada tahun 2010, kamus kamus kanji Jepang yang saya tulis dicetak dan diterbitkan oleh sebuah penerbit besar di Indonesia. Cetakan pertama sebanyak 5.000 eksemplar.Â
Pada tahun 2014 penerbit melakukan cetak ulang sebanyak 3.000 eksemplar. Pada tahun 2015 dilakukan lagi cetak ulang sebanyak 2.000 eksemplar.Â
Ini berarti kamus tersebut diminati masyarakat, sehingga penjualannya berjalan lancar. Setelah tahun 2015, jumlah royalti yang saya terima menurun drastis.Â
Hal ini tentu saja menimbulkan pertanyaan besar. Bagaimana mungkin sebuah buku yang sudah mulai dikenal masyarakat malah semakin turun jumlah penjualannya? Meski tanda tanya besar bermain-main di kepala saya, namun saya enggan pertanyakan hal tersebut kepada penerbit.Â
Pada sekitar tahun 2018, teman saya menawarkan diri untuk menjadi sub-agent penjualan kamus kanji Jepang. Untuk awalnya, dia memesan 50 eksemplar untuk dijual di online store yang dikelolanya.Â
Berhubung hak cipta dipegang oleh pihak penerbit, maka saya menghubungi penerbit untuk membeli kamus yang diperlukan teman saya.Â
Akan tetapi setelah dicek di gudang, ternyata tidak ada stok, alias semua kamus sudah tersebar di toko-toko buku. Tidak ada cara lain, saya harus cari di toko-toko buku di kota saya, maka dimulailah hunting buku ke berbagai toko-toko buku besar.Â
Hampir semua toko buku yang besar saya datangi, dan semua mengatakan bahwa kamus tersebut sudah habis terjual, dan mereka belum mendapat kiriman lagi dari penerbit, meskipun sudah melakukan pre-order. Mulailah saya hunting di kios-kios buku yang ada di pusat penjualan buku-buku baru dan bekas "P" (samaran).Â
Setelah saya keluar-masuk ke kios-kios buku di situ, dan tidak menemukan barang yang saya cari, saya mulai menyerah dan berniat pulang. Dalam kebingungan, tiba-tiba seorang pria mendatangi saya dan menawarkan kamus yang saya cari. Bergegaslah saya mengikuti pria tersebut ke kiosnya.Â
Pemilik kios langsung menanyakan jumlah yang saya perlukan. Mendengar perkataan pemilik toko, saya berpikir: "jangan-jangan bukan kamus saya," maka saya perlihatkan kamus yang saya bawa dari rumah.Â