Sebenar nya banyak yang ingin kutulis, banyak hal yang ingin aku utarakan tapi entah dari mana aku akan memulai. Akankah kah kisah ini akan berarti bagi orang yang membacanya? Akan kisah ini akan bisa dimengerti oleh orang yang membacanya atau mereka menganggap ini hanya sekedar dongeng belaka? Entahlah, Aku tak tau harus mulai dari mana, Air mata ini terus mengalir dipipi. Menumpahkan semua yang tersimpan dan terpendam selama ini.
Akankah ada yang mengerti? Akan kah ada yang peduli? Aku tak tau, aku benar-benar tak tau harus apa.
Aku berada di keramaian, kiri kanan suara khalayak ramai yang sedang bercengkrama, suara motor yang berisik, suara mobil yang melaju dengan cepatnya. Ya, ramai, sangaaat ramai. Tapi akankah istilah ramai itu ada pada keadaan aku yang seperti ini? Sendiri, senyap, dan juga sepi.
Kata orang benar-benar sakit menjadi dewasa. Ternyata itu bukan hanya kila-an. Ternyata benar, aku merasakan nya, aku benar-benar merasakannya.
Kesepian sudah menjadi pelengkap hari-hariku. Aku gk punya teman atau sekedar orang yang bisa mendengarkan kisahku. Aku butuh, sangat sekali butuh. Aku butuh telinga yang bisa mendengarkan kisahku, aku butuh orang yang setidak nya bertanya "Bagaimana Hari ini, Kamu bahagia? Ada masalah apa? Sini cerita".
Hal sesederhana itu, bagiku adalah segalanya. Didunia yang ramai ini, tetap saja sepi untuk orang seperti aku.
Tuhan bilang, (La Tahla) "Jangan mengeluh, aku bersama hamba ku yang sabar" dan itulah kata yang selalu ku pegang, Aku punya Rabb-ku. Entahlah, seharus nya hati memang selalu bergantung pada-Nya, agar kesepian itu tidak ada, dan benar kesepian ada karena kurang nya iman terhadap Tuhan.
Aku hanya berdo'a, Semoga Allah selalu bersamaku, Allah kuatkan hatiku, Aku yakin dengan rencana indah nya. "TUHAN, TOLONG PELUK HATIKU, AKU BERPASRAH KEPADAMU" (Ucapku Lirih).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H