Jika aku bisa merekam semua peristiwa yang terjadi di dalam hidup ini, mungkin aku akan menjadi orang pertama yang melakukannya. Aku akan merekam tanpa henti setiap momen berharga yang pernah aku lewati. Aku tidak akan berhenti merekam walau hanya sedetik pun, walau kisahku itu berisi tentang keputusasaan, rasa kecewa, dan bahkan kesedihan yang membatin sampai akhirnya membuat hati merasa sangat terluka. Namun, rasanya terdengar mustahil dan sungguh tidak mungkin! Karena tidak ada kamera, handycam atau satu pun teknologi canggih yang bisa merekam secara otomatis apa yang aku bayangkan itu. Tapi hanya dengan bercerita sepuas hati, menuangkannya ke dalam sebuah tulisan, maka kita bisa memiliki naskah asli yang berisi tentang kisah perjalanan hidup kita. Sebagai kenang-kenangan termanis ketika suatu saat nanti kita merindu dan ingin mengingatnya kembali. Dan apa yang sedang aku pikirkan di atas, ternyata memang benar-benar telah terjadi di dalam short movie ini. Sebuah film pendek yang berkisah tentang seorang wanita yang berkaca pada kehidupan tiga orang pria dengan latar belakang hidup yang berbeda-beda. --- Bayu adalah seorang pria homo seksual. Seperti arti 'homo seksual' itu sendiri, Bayu memang menyukai sesama pria. Di short movie ini, diceritakan bahwa Bayu memiliki seorang pacar 'pria' yang sering diajaknya main ke rumah kontrakannya. Rumah kontrakan yang dihuni oleh tiga orang yang saling bersahabat yaitu Bayu, Pingkan, dan Rio. So, karena ketiga orang ini saling bersahabat maka tidak ada sebilik pun papan rahasia yang menjadi sekat pembatas di antara mereka. Bayu, Pingkan, dan Rio satu sama lain telah mengetahui apa yang terjadi pada diri masing-masing sahabatnya. "Sahabat adalah mereka yang bisa menerima diri kita apa adanya" #pelajaran pertama yang aku dapat. Sedangkan Pingkan merupakan seorang waria yang bekerja dengan cara menj**l diri demi mengumpulkan uang yang kemudian akan dikirimkannya ke kampung halaman. Pingkan merupakan tulang punggung keluarga ia mencari uang demi biaya menyekolahkan Adik-Adiknya. Dan Rio adalah seorang pecandu berat narkoba yang pergi dari rumah dan tinggal hanya bertiga dengan dua sahabatnya Bayu dan Pingkan. Sahabat yang sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri. Serta yang terakhir adalah kehadiran si sosok wanita berkerudung, Salma. Ia adalah seorang mahasiswi Sastra Prancis yang shalihah dan juga sang pembelajar sejati. Walaupun dia melakukan kesalahan, ia tidak ragu dan tetap membuka hati untuk terus belajar memperbaiki diri agar menjadi seorang manusia yang jauh lebih baik lagi. --- Suatu ketika dengan berlatar belakang di sekitar mesjid kampus, ada tiga orang mahasiswa/i yang begitu ramainya sedang membicarakan masalah agama bahkan sampai menjadikannya sebagai bahan candaan. Salma yang sedang duduk bersama dengan teman wanitanya di dekat tempat itu pun merasa heran. Kata Salma kepada teman wanitanya itu, "Memakai jilbab tidak akan mengurangi kecantikan, tetapi malah akan menjaga kecantikan." Percakapan pun beralih ketika teman wanitanya yang lain berkata, "Salma, tolonglah kamu ajarkan mereka (3 orang mahasiswa/i yang sedang ramai mengobrol) itu. Katanya mereka ingin belajar memperbaiki diri." Tapi tanpa basa-basi panjang lebar, Salma langsung menolak permintaan itu, "Bagaimana mereka bisa berubah? Kalau pakai kerudung saja tidak mau! Seharusnya dari hal-hal kecil mereka bisa berubah." Salma pun pergi meninggalkan tempat itu dengan rasa kesal di dalam hatinya. Teman wanitanya itu menjawab perkataan Salma, "Tapi, tidak ada satu alasan pun yang bisa menghalangi seseorang berbuat kebaikan." Kisah pun berlanjut di tempat lain yaitu di pinggir sebuah jalan raya ketika Salma berpisah dengan teman-temannya di malam hari sepulang kuliah, di saat ia akan pulang ke rumah. Ia dihampiri oleh dua orang waria yang sedang mengamen. Salma berusaha untuk menjaga jarak karena dia tahu bahwa waria itu adalah lelaki. Maka ia merasa perlu untuk menjaga dirinya. Namun memang ada yang salah dari pandangan mata Salma. Ia memandang sinis sampai akhirnya menyinggung perasaan dua orang waria itu. "Biasa aja dong Mba matanya..." kata salah seorang waria. Cekcok mulut pun tidak terhindarkan ketika Salma tidak ingin kalah dalam membela diri. Kata-kata yang lantang pun secara langsung keluar dari mulut Salma dan memecahkan suasana malam itu pada puncaknya, "Yang penting saya belajar untuk menjadi orang yang lebih baik, Mba!" kata Salma kepada dua waria yang berdiri di hadapannya. Ya, dua orang waria ini merasa sakit hati atas perkataan pedas Salma karena terus menyudutkan mereka, seperti seseorang yang paling salah karena menyalahi kodrat -memilih hidup sebagai waria! Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk pergi dengan membawa rasa sakit di dalam hatinya, "... dasar wanita jahat ..." kesal dua waria. Di sana... Salma terdiam dan termakan oleh perkataan, "Jahat..." Apa yang salah di hari itu? Sampai setibanya di rumah kontrakan, Salma tidak sengaja menemukan, "Buku Catatan Harian Kami -Aku, Waria, dan Pecandu Narkoba yang Merindu Tuhan" di tengah-tengah tumpukan buku di dalam lemarinya. --- Suatu malam, Pingkan mendapat perlakuan kasar dari seorang pria karena terus menemui masalah di dalam pekerjaannya (menj**l diri). Kemudian Pingkan pun memutuskan untuk pulang ke rumah kontrakannya dengan isak tangis selama berjalan karena terus saja mengingat kejadian yang menimpa dirinya tadi. Setibanya di depan rumah kontrakan, terlihat Bayu yang berada di depan pintu sedang berduaan dengan pacarnya (pacar sesama pria). Bayu melihat sahabatnya itu menangis dan tak lama setelah pacarnya pergi, Bayu datang menghampiri Pingkan yang sedang duduk di kamar dengan harapan bisa menjadi teman bercerita. Sosok Bayu memang seorang sahabat yang mau mendengarkan, terlebih mereka berdua sangat dekat karena Bayu merupakan seorang gay yang mengerti bagaimana perasaan Pingkan sebagai waria. Pingkan pun merasa lega setelah meluapkan semua keluh kesahnya kepada Bayu dan mendapakan saran dari sahabat baiknya itu. Sampai suasana pun mencair kembali seperti sedia kala. Di sudut lain, Rio adalah seorang pria yang baru saja memiliki kekasih. Rio sangat mencintai kekasihnya, hal ini diungkapkannya ketika Rio dan dua sahabatnya yang lain berkumpul di teras rumah kontrakan dan Rio membuka percakapan dengan bertanya, "Apa kalian pernah jatuh cinta kepada seseorang?" *** Hari demi hari pun dilewati mereka bertiga seperti biasanya. Sampai suatu ketika, datang seorang Ibu ke rumah kontrakan tiga orang yang bersahabat ini dan mengaku bahwa ia adalah Ibunya Rio. "Sekarang Ibu akan pergi untuk selamanya dan kamu tidak perlu datang ke rumah untuk menemui kami lagi. Ibu akan melupakan kamu." Saat itu Rio sangat tersentak. Ia pun meminta maaf sampai bersujud di kaki Ibundanya sambil mengakui kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuatnya selama ini. Menjadi pecandu narkoba dan pergi jauh dari rumah. Tapi, maaf itu tidak selamanya bisa diperoleh sampai Ibundanya Rio benar-benar pergi tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi kepada Rio. "Tapi, aku ini masih anakmu Bu. Walau bagaimana pun aku ini tetap anakmu!" Rio hanya bisa menyesal. Terkejut, Rio pun terbangun dari tidurnya. Ya, tadi itu hanyalah sebuah mimpi di siang bolong. Tapi, dari mimpi ini semuanya bermula. Rio ingin memperbaiki hidupnya, Rio ingin berhenti memakai narkoba, Rio ingin bertaubat karena telah menyesali kesalahan yang pernah diperbuatnya. Tidak ada waktu lagi untuk menunggu, Rio mengambil wudhu dan langsung bersujud memohon ampun di dalam sholatnya. "Di tengah kesabaran umat-Nya selalu ada saja ujian yang siap menghadang" # pelajaran kedua yang aku dapat. Tiba-tiba Rio sakit, badannya panas, dan dia ketagihan narkoba. Dia sakau. Pingkan yang mengetahui pertama kali langsung memanggil Bayu. Pingkan merasa kasihan tetapi, Bayu tidak ingin Rio mencicipi lagi narkoba yang selama ini telah merusak hidup Rio. Bayu tidak main-main menagih janji Rio untuk tidak memakai narkoba, apa pun alasannya. Seperti petir yang saling bersahutan di tengah-tengah badai, ada sebuah kabar yang lebih mengejutkan lagi. kabar yang tidak kalah menguji kesabaran Rio karena ternyata dia divonis mengidap HIV/AIDS. Perjuangan baru saja dimulai dan Rio yakin untuk tidak mengalah sedikit pun pada ujian itu. Di malam harinya, seorang wanita datang ke kontrakan dan kebetulan sekali pintunya tidak terkunci sampai akhirnya wanita itu pun masuk dan menemukan secarik surat yang ada di atas meja. Wanita itu membaca apa yang tertulis di selembar kertas surat itu. Setelah beberapa saat mencari tahu apa isi yang dituliskan dalam surat, Pingkan masuk dan membuat si wanita itu terkejut. Pingkan sama sekali tidak mengenali wanita itu hingga ia bertanya tentang maksud keberadaan si wanita itu di rumah kontrakannya. Tanpa mencari tahu lebih lama, si wanita mulai mengeluarkan kata-kata yang tidak menyenangkan dengan menghina Pingkan yang berstatus sebagai seorang waria. Wanita yang ternyata tidak lain dan tidak bukan adalah pacar Rio. Dia berkata bahwa selama ini dia tidak punya rasa suka terhadap Rio, apalagi seperti yang dia ketahui bahwa Rio memiliki latar belakang sebagai pecandu narkoba. Pacar Rio ini pun berkata bahwa Rio dan Pingkan adalah sama-sama sampah yang hanya mengotori bumi. Sungguh Pingkan tidak menyangka bahwa pacar Rio bisa sejahat itu. Pingkan berkata, "Terserah lo mau menilai gw apa? Yang penting jangan menilai yang ngga-ngga tentang sahabat gw (Rio). Rio itu orang yang baik dan gw yakin, bahwa selama ini lo ngga bener-bener mengenal Rio!" "Enak aja, lo pingin gw masih terus sama Rio? Itu sama aja gw bikin penyakit. Ngga mungkin gw pacaran sama cowok pengidap HIV/AIDS!" Tiba-tiba Bayu datang dan ada Rio di belakangnya. Wanita itu langsung menampar Rio dan pergi begitu saja. Sejak kejadian itu Rio menganggap bahwa Pingkan telah berkata yang macam-macam kepada pacarnya itu. Suasana di rumah kontrakan pun berubah drastis menjadi sangat kaku tanpa adanya percakapan di antara Rio dan Pingkan. Sebenarnya Pingkan pun merasa sedih karena sahabatnya (Rio) terlalu cepat berburuk sangka. Hal yang biasa dilakukan Pingkan dan Bayu di rumah, kini menjadi sesuatu yang selalu salah di mata Rio. Rio berubah menjadi orang yang sangat emosional dan tempramental. Dia mengusir pacar Bayu dari kontrakan dengan kasar di mana saat itu Rio benar-benar merasa seperti sampah. Dia menganggap dirinya adalah sampah yang apabila orang-orang berada di sekitarnya, lama kelamaan mereka bisa ikut menjadi sampah. Dan tidak ada lagi yang bisa mengerti Pingkan, selain Bayu. Pingkan benar-benar merasa sedih atas permasalahannya dengan Rio dan apakah profesinya sebagai waria sehina-dina itu? Seperti apa yang dikatakan pacarnya Rio ketika di rumah kontrakan? "Apa semua yang gw lakui itu salah? Gw kirim uang setiap bulan ke kampung buat biayain sekolah Adik-Adik gw. Cuma dengan cara itu gw bisa cari uang..." curhat Pingkan. "Niat baik lo itu udah bener tapi, caranya aja yang salah." sahut Bayu. "Gw pengen kembali ke kodrat yang Allah kasih buat gw.." niat Pingkan. Keesokan harinya Pingkan mendapat kabar bahwa Ibunya yang berada di kampung halaman sedang sakit parahg dan dia harus pulang. Bayu yang saat itu sedang menulis catatan harian dikagetkan dengan kedatangan Rio yang tiba-tiba menanyakan di mana Pingkan. Setelah diberitahu oleh Bayu apa yang terjadi, Rio pun segera berlari menghampiri Pingkan ke dalam kamar. Terlihat Pingkan sedang bersiap-siap merapihkan barang bawaan untuk segera pulang ke kampung halaman. Percakapan kecil terbuka di antara mereka berdua. Kesalahpahaman akibat rasa cinta Rio ke pacarnya yang terlalu besar telah membutakan hubungan persahabataan di antara Rio dan Pingkan. Namun akhirnya Rio pun sadar ketika tahu bahwa wanita yang dicintainya memang tidak benar-benar baik untuknya. Wanita itu telah memutuskan untuk pergi dari Rio karena mungkin takut akan tertular HIV/AIDS. Rio meminta Pingkan untuk tetap tinggal karena ia hanya memiliki Pingkan dan Bayu sebagai keluarga yang benar-benar saling menjaga. Tapi, tekad Pingkan untuk menemui Ibunya yang sedang sakit keras di kampung halaman tidak bisa ditahan. Inti yang terpenting adalah mereka berdua telah bermaafan, mereka berdua tetap menjadi sahabat, tapi apakah akan ada lagi pertemuan? Berkumpul di rumah kontrakan? Semoga.. Harap Rio. Rio dan Bayu melepas kepergian Pingkan dengan berat hati. Tidak menyangka bahwa tinggal tersisa dua pria di rumah kontrakan itu. Hanya Rio dan Bayu berdua. Tapi, tidak!!! Ternyata Rio pun memutuskan untuk ikut pergi meninggalkan rumah kontrakan. Bahkan meninggalkan dua sahabatnya yaitu Bayu dan Pingkan. Untuk selama-lamanya. Rio meninggal karena tidak kuat lagi berperang melawan penyakitnya, Rio tidak menyerah! Rio telah menyelesaikan semuanya, di detik-detik menjelang nafas terakhir hidupnya. --- Air mata pun menetes dari kedua pelupuk mata Salma. Ternyata sebuah tulisan bisa mengajarkan banyak hal, ya mungkin saja karena tulisan bisa lebih diartikan oleh hati. Padahal selama ini Salma nyaris menemui kejadian yang bisa memberi pelajaran berharga untuk hidupnya. Tidak seharusnya juga, Salma merasa telah menjadi orang yang lebih baik dibandingkan dengan orang lainnya hanya karena telah memakai jilbab. Tidak baik pula, memandang rendah orang lain karena kesalahan yang pernah diperbuatnya. Tidak selamanya kebaikan hanyalah untuk orang-orang yang baik saja! Walaupun telah memakai kerudung, jilbab, atau hijab, itu bukan berarti kita telah menjadi makhluk Allah yang paling taat bukan? Niat apa yang tersemat ketika kamu memakai jilbabmu? Apakah itu untuk image-mu di mata manusia saja? Atau sungguh-sungguh hanya karena Allah Ta'ala? Perbaharui niatmu, tanamkan niatmu dengan sebaik-baiknya niat.. Akhirulkalam, ketika Salma hampir selesai membaca "Buku Catatan Harian Kami -Aku, Waria, dan Pecandu Narkoba yang Merindu Tuhan"seorang anak perempuan kecil mengetuk pintu rumah kontrakan Salma. Salma pun segera mengusap pipinya yang basah akibat linangan air mata, kemudian berjalan membukakan pintu. "Kita mau apa Ayah di rumah ini?" tanya anak kecil itu. "Di rumah kontrakan ini, dulu Ayah tinggal." kata seorang lelaki yang berjalan mendekat. --- "Saya hanya ingin bersilaturahmi saja, mengunjungi rumah ini." Bayu datang bersama dengan anaknya dan Pingkan sudah berubah menjadi laki-laki seutuhnya kembali. ---- Bahwa mereka yang pernah melakukan kesalahan berhak untuk berubah menjadi orang yang lebih baik. Belajar dari kesalahan, baik dengan atau tanpa pertolongan manusia lainnya. Bahwa orang yang baik sekali pun bisa saja tersandung ketika Allah memberikan ujian untuk menguji seberapa kuat keimanaan dirinya. Malulah akan kesalahan yang diperbuat dan terlebih lagi, malulah dengan hijab yang dipakai saat ini :) --- Nonton bareng dan bedah film #HKS :) Tiba-tiba bikin langsung nyadar diri, siapa lo? Lo bukan orang yang lebih baik dari orang lain! Bismillah, perbaharui terus niat kita semata-mata hanya karena Allah dan belajar tanpa henti! Keep istiqomah guys :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H