Misalnya saja, mahasiswa di tempat saya mengajar dulu ingin membahas tentang sebuah karya yang kemudian diadaptasi ke dalam medium lain. Berarti dia harus memilih bagian dari karya dan adaptasinya yang akan dibahas seperti alur cerita, latar belakang, tokoh atau lainnya.
Atau, kita bisa juga melihat dari fenomena yang ada di sekitar. Seringkali tetiba kita tertarik dengan salah satu dari fenomena itu dan ternyata berkaitan dengan pembahasan di kelas.
Setelah itu mulai fokus pada isu yang paling mengganggu atau membuat penasaran. Kenapa? Kedua perasaan itu akan menggangu logika kita sehingga kita termotivasi mencari tahu lebih jauh.
Membaca sumber terkait topik bahasan
Ketika topiknya sudah ditentukan, kita harus membaca lebih lanjut mengenai topik itu dari berbagai sumber.Â
Sumber bacaan yang termudah adalah artikel ilmiah yang sebelumnya telah dipublikasikan. Disarankan kita membaca sumber-sumber terbaru agar terus memberikan informasi aktual.
Meski begitu, seringkali artikel ilmiah yang kita baca merujuk pada artikel atau literatur lainnya. Â Jangan panik, ini justru membant kita.
Artikel terdahulu bisa memberikan perspektif beragam soal topik pilihan kita. Alhasil, kita bisa menulis dengan fokus pada bagian-bagian yang belum dibahas atau justru tidak dibahas.
Hasil bacaan itu sebaiknya kita tulis gagasan utama atau gagasan yang sejalan dengan argumentasi kita. Jangan lupa untuk menulis identitas lengkap sumber bacaannya sehingga memudahkan saat kita membuat daftar pustaka.
Langkah pertama dalam memilih artikel mana yang berkaitan dengan topik atau isu yang akan kita angkat bergantung pada kata kuncinya. Kata-kata kuncinya sudah kita tentukan di awal ketika brainstorming ya, jadi seharusnya akan lebih mudah.
Hal termudah apakah artikel yang dipilih sesuai dengan bahasan kita adalah melalui judul dan abstraknya dulu lho. Sebab, keduanya biasa menyebutkan kata-kata kunci dari isi pembahasannya.