Mohon tunggu...
Nenden Maya
Nenden Maya Mohon Tunggu... -

Seorang ibu merangkap PNS, lagi pengen belajar nulis,untuk persiapan pensiun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Nyata Tentang Neni

13 April 2012   04:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:40 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Namanya Neni, beberapa waktu lalu, ampir sebulan yang lalu, dia datang menangis-nangis minta pekerjaan padaku. Panjang sekali kisah yang diceriterakan padaku. Dia saat itu ingin bekerja, karena terdesak untuk membayar kos sejumlah Rp 350.000 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah). Janda dengan dua anak ini, menenteng2 VCD player sebagai sisa harta terakhir untuk dia jual, yang hasilnya diharapkan untuk membayar kos, yang sudah dikejar2 oleh pemilik rumah sejak 2 minggu terakhir.

Flashback bahwa Neni dulunya adalah orang berada, dimana suaminya adalah seorang PNS kemeneterian Dalam Negeri dengan jabatan yang lumayan, namun namanya manusia yang tidak puas dengan gaji PNS yang didapat, si suami akhirnya berbisnis dengan membuka toko pakaian, dan keluar dari posisinya di Kemendagri.  Pada saat itu usaha suaminya berjalan mulus, karena ada 7 toko yang dia miliki.

Untung tidak dapat diraih, malang tidak dapat ditolak, sudah takdir sang Maha Kuasa, sang suami terkena penyakit jantung dan membutuhkan biaya operasi hingga ratusan juta rupiah. Biaya itu sudah tidak dapat ditanggung lagi oleh ASKES karena suami sudah tidak bekerja sebagai PNS. Seluruh harta Neni habis untuk dipakai sebagai biaya sang suami, dan nyawa suamipun tidak tertolong, masya alloh.

Neni dengan 2 anaknya sejak ditinggal suami terpaksa pindah dari rumah yang lumayan mewah dan tinggal di rumah kos berukuran 4x3m. Kesabaran dan daya juang Neni yang membuatnya mampu bertahan, untuk mempertahankan hidup, dia berjualan gorengan di sebuah sekolah. Namun rupanya Alloh juga masih ingin menguji kesabaran Neni, karena belakangan gorengannya hanya laku dijual Rp 4000 sehari. Sering, Neni dan anak-anak tidak bisa makan dalam sehari, sehingga terkadang satu bungkus mie mereka bagi untuk bertiga.

Dari ceriteranya aku mengetahui bahwa dia ternyata juga tidak bebas dari penyakit, dibalik ketegarannya Neni mengidap penyakit liver, diabetes, ginjal dan jantung. Namun, yang harus aku kagumi dari Neni adalah, dia pantang meminta dan mengemis. Dia ingin tetap bekerja meski dengan kondisi dan tenaga yang terbatas, terkadang dia berbagi kerjaan dengan anaknya yang sulung yang saat ini sudah duduk di kelas 2 SMU. Sudah berulang kali aku nyatakan padanya bahwa aku tidak keberatan untuk menyantuni meski dia sudah tidak bekerja denganku, namun Neni tetap berkeras, bahwa untuknya bekerja lebih terhormat daripada harus meminta.

Yang aku kagumi dari Neni selain mental bajanya adalah mental kedermawanannya, karena dibalik segala keterbatasannya, Neni masih bisa berbagi dengan memberikan baju yang sudah tidak dipakai kepada pembantuku yang lain, aku bangga sudah dipertemukan dengan ibu setegar dia....semoga Neni tetap bisa sabar dan tawakkal dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah Subhanahuwataala. Amiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun