Apa itu hakikat memiliki?Â
Jika tentang 'seluruhnya punyaku'
Sepertinya aku tak pernah memiliki apapun.
Bahkan Jiwaku saja separuhnya milik takdir.
Takdir menyuruhnya pulang, aku tetap tak bisa buatnya bertahan.Â
Atau memiliki itu sama seperti sebuah tanda tak kasat mata 'itu miliku jangan ambil'
Berarti aku tetap tak punya apa-apa.Â
Karna barang tetap bisa hilang dan manusia tetap bisa pergi, mencabut tanda itu tiba-tiba tanpa aba-aba.Â
Mungkin, mungkin memiliki itu seperti keterikatan 'aku punya kamu, kamu punya aku'Â
Tapi kalau maknanya seperti itu, aku tidak mau memiliki apapun.Â
Karna pada akhirnya akan membuatku kehilangan diriku sendiri
Lalu apa makna memiliki?Â
Menurutku, memiliki seperti pohon pada buah.
Pohon menumbuhkannya, memberi sari-sarinya, tapi saat prosesnya selesai buah harus pergi.Â
Menjemput takdir yang memang harus ia penuhi.Â
Memiliki juga seperti aku dan matahari senja.Â
Aku tak pernah bisa menahannya untuk tetap di sana, tapi ia tetap milikku saat itu, beberapa menit saja sudah cukup.Â
Indahnya tetap sama.Â
Memiliki juga seperti langit pada bulan.
Langit, tak selalu memiliki bulan yang utuh.
Ia kadang sabit atau bahkan kosong, tapi langit tetap menerima bulan apa adanya.Â
Memiliki tak bersandingan dengan kata 'selamanya' atau 'seutuhnya'Â
Memiliki bersanding dengan kata 'sampai kapan?' dan 'apa saja?'Â
Memiliki menurut ku dekat sekali dengan kata iklas dan cukup.Â
Karna saat kita terus menuntut sesuatu dari yang menjadi milik kita, hakikatnya, kita tak akan pernah pantas untuk memilikinya.
Mesjid Al-Furqon, November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H