Mohon tunggu...
Nina Paramitha Ardiani
Nina Paramitha Ardiani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

“Hangesti Budi, Makartining Jati Diri, Hangayu-hayu Nuswantara. Manunggaling Kawula Gusti”

Selanjutnya

Tutup

Nature

Penghijauan dari Gunung untuk Semua

18 Desember 2012   05:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:26 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pohon dan tanah adalah satu kesatuan yang dapat memberikan manfaat lebih bagi keseimbangan alam. Pohon juga dapat mengatur sistem air tanah, akarnya juga dapat mencegah terjadinya erosi atau pengikisan tanah. Dengan segudang manfaatnya, kelangsungan hidup manusia bisa terjamin. Tidak hanya untuk manusia, pohon juga sangat berguna bagi kelangsungan ekosistem hewan. Namun, pohon yang seharusnya dibutuhkan, kini malah dianggap sebagai pengganggu proses pembangunan yang sedang gencar dilakukan. Sehingga untuk kelancaran pembangunan, pohon-pohon pun ditebangi. Dalam banyak kasus menunjukkan, tidak hanya penebangan pohon. Kerusakan akibat penambangan pasir meliputi perubahan kondisi alam, hilangnya kesuburan tanah dan perubahan tata air menjadi perhatian serius saat ini. Pasca penambangan, kondisi alam berubah dan meninggalkan kerusakan dengan pemandangan yang buruk. Bersamaan dengan berubahnya kondisi alam, permukaan tanah yang merupakan lapisan tanah paling subur yang memiliki kandungan humus akan hilang disebabkan penggalian atau pengerukan pasir. Akibatnya tanah diseputaran lokasi penambangan pasir rata-rata merupakan areal perbukitan gundul dan tanah gersang. Di Merapi, beralihnya aktivitas penambangan ke cara modern dengan menggunakan back hoe memberikan tekanan besar bagi perubahan kondisi alam di kawasan ini. Berbeda dari aktivitas penambangan yang hanya mengandalkan tenaga manusia, yang relatif lambat, mengunakan peralatan seadanya dan memanfaatkan sebagian besar material letusan Merapi, maka penambangan dengan menggunakan back hoe lebih cepat mengeruk, menggali dan mengubah bentang alam. Kesadaran masyarakat akan ekosistem alam kini semakin nyata. Salah satunya adalah kegiatan penghijauan yang  digawangi oleh komunitas Palguna dari Padepokan Prasetya Budya di Dusun Diwak, Desa Sumber ini. [caption id="attachment_215150" align="aligncenter" width="300" caption="doc.Pribadi PALGUNA SOCIETY"]

1355807319714301656
1355807319714301656
[/caption]

“Desa Sumber dan Desa Keningar yang terletak di puncak kaki lereng Merapi menjadi sebuah penampang atas persoalan-persoalan di atas. Berjalin-kelin dan antara siklus gunung dan aktivitas penambangan pasir, kedua desa yang tergabung dalam wilayah Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini sangat menyadari, bahwa memelihara kesinambungan alam adalah memelihara kehidupan bersama. Tak hanya itu, dari kesinambungan alam kedua desa inilah, aliran debit air ke kota-kota di bawahnya akan terbentuk. Penghijauan kemudian bukan lagi sekedar menanam pohon, namun berhitung modal sosial-budaya, modal ekonomi, dan relasi jaringan kawasan terpadu yang di kemudian hari akan menjadi warisan terbesar bagi anak cucu”, tutur Prasetyadi Wibowo selaku sesepuh Palguna. Reklamasi lingkungan dilereng merapi dimulai dengan program penghijauan. Rekonstruksi lahan di Lereng merapi yang digawangi oleh Lumbung Merapi dan Palguna pertama kalinya yaitu pada tanggal 06 maret 2011. Kali ini, kembali bersama Lumbung Merapi, Palguna, Para Pemuda Karang Taruna Sumber dan  para donatur  dari KLM (Komunitas Lereng Merapi), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Mukapala Katedral Semarang, SMU  Sang Timur Yogyakarta, Green Network, Komunitas RX King, serta masyarakat Desa Sumber pada hari minggu, 16 Desember kemarin bahu membahu melakukan penghijauan dengan menanam 11.600  bibit tanaman yang terdiri dari 4000 bibit pohon suren, 5000 bibit pohon sengon, 1000 bibit pohon mahoni , 1000 bibit pohon jati dan 600 bibit pohon sengon laut. Sampai saat ini Palguna dan rekan rekan telah berhasil menenam 16.600 bibit pohon. Target penanaman setiap tahunnya akan dilakukan penanaman sebanyak 10.000 bibit setiap bulan Oktober atau Desember, atau saat pergantian musim kemarau ke musim hujan. Dengan perhitungan demikian, waktu program reboisasi akan memakan waktu +/- 11 tahun kedepan untuk luas areal tanah  +/-70 Ha.

1355805851309252574
1355805851309252574
[caption id="attachment_215151" align="aligncenter" width="300" caption="doc.Pribadi PALGUNA SOCIETY"]
13558073521191687875
13558073521191687875
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun