Menunggu azan Magrib Fajri menelpon Papanya. Katanya mau pulang ke kampung tempat Amak (nenek) panggilan anak-anak sama mamaku. Rindu untuk ke tempat nenek tak terlupakan bagaimana menarik dan menggoda selera makan di tempat nenek Â
Ikan yang baru ditangkap langsung dibersihkan kemudian dimasak di tungku ada bara apinya yang panas. Harum menggugah selera untuk menyantapnya. Ikan nila, ikan gurami, dan ikan lele.Â
Pemandangan indah air sejuk angin berhembus menembus ke relung hati. Waduh tidak terbilang senangnya suasana di rumah nenek. Nenek sangat sayang sama rumah  buatan bapak. Rumah ada ukiran ciri khas Minangkabau.Â
Kamarnya bersusun tiga mulai dari atas tempat anak paling kecil ditengah untuk nomor dua dan kamar dibawah untuk anak paling besar. Begitu susunan kamar di rumah nenek.Â
Apabila malam tiba hujan deras dingin harus memakai selimut tebal kalau tidak menggigil kedinginan.  Kalau Pagi hari  udara yang keluar dari mulut seperti mengeluarkan asap. Mata berembun sejuk segar jaket tebal harus terpasang di badan sampai siang.
Kalau mandi airnya terasa air es dingin sekali. Kalau sudah disiram rasa dingin akan hilang hanya panas yang terasa. Saudara yang ada di rumah nenek berkomunikasi mempergunakan bahasa ibu.Â
Saya pandai sedikit berkomunikasi dengan bahasa ibu. Mendengarkan nenek  bercakap artinya tau tetapi kalau membalas untuk berbicara agak susah untuk mengucapkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI