Mohon tunggu...
Nelvi widyapp
Nelvi widyapp Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Eksistensi Obrag-obrag: Tradisi Unik Menjelang Sahur

28 April 2021   10:43 Diperbarui: 28 April 2021   11:05 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Obrag merupakan tradisi bangunkan sahur yang masih eksis dibeberapa daerah hingga kini. Tradisi ini hanya dapat dijumpai saat Ramadan tiba. Salah satu tradisi Ramadan yang ditunggu-tunggu kaum remaja adalah membangunkan sahur. Biasanya, sekelompok remaja bahkan anak-anak akan keliling kampung untuk membangunkan sahur dengan berbagai alat seadanya seperti kentongan, bedug dan alat tradisional lain. Tradisi bangunkan sahur ini, sudah ada sejak dahulu. Tradisi obrag ini dilakukan sekelompok remaja dan anak-anak dengan suka rela.

Obrag di setiap daerah

Tradisi bangunkan sahur di setiap daerah di Indonesia memiliki nama yang berbeda. Namun tujuannya sama saja membangunkan orang untuk sahur. Konon tradisi ini sudah ada semenjak Islam masuk ke Indonesia, tujuannya agar masyarakat tahu kapan waktu sahur dan imsak tiba. Di Jakarta tradisi ini biasa disebut dengan ngarak beduk, di Sulawesi disebut dangan dengo- dengo sedangkan di Jawa Barat disebut dengan ubrug-ubrug, dan di Jawa dan Indramayu disebut obrog atau obrag. Tradisi bangunkan sahur ini sudah sangat umum di Indonesia.

Namun, apakah tradisi obrag masih eksis hingga kini?

Dibeberapa daerah di Indonesia khususnya perkampungan obrag masih menjadi tradisi favorit kaum remaja dan anak-anak saat Ramadan tiba. Tradisi ini biasanya dilakukan sekelompok remaja  dengan menabuh kentongan dan alat tradisional lain. Namun seiring berjalannya waktu, alat yang mereka gunakan berganti dengan alat yang lebih moderen seperti, drum band dan alat pengiring lain untuk membangunkan sahur. Tradisi obrag ini, mereka lakukan untuk dengan tujuan membangunkan sahur, serta untuk tetap menjaga sebuah tradisi yang sudah ada sejak dahulu.

Seperti di Desa Kaligiri, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Tradisi ini masih eksis hingga kini, biasanya obrag dilakukan sekelompok remaja dengan menabuh bedug dan alat pengiring lain. Uniknya, saat membangunkan sahur, sekelompok remaja biasanya memanggil- manggil nama anak penghuni rumah yang mereka lewati. Tradisi ini biasanya diikuti oleh 10 atau lebih para remaja, mereka tetap melestarikan tradisi obrag ini.

Obrag sudah surut?

Lain halnya dengan di kota, di kota-kota besar tradisi obrag sepertinya sudah surut. Sangat jarang sekali tradisi bangunkan sahur ini dapat dijumpai. Apalagi dimasa pandemi seperti sekarang ini, sangat sulit menjumpai sekelompok remaja yang menabuh drum band, bedug serta alat-alat lain saat menjelang sahur tiba. Hal ini, bukan hanya karena pandemi saja, namun dirasa dapat mengganggu kenyamanan warga lain ,juga dapat menimbulkan kegaduhan di malam hari, serta dapat membuat kaget, sehingga tradisi obrag di kota besar sudah jarang dijumpai.

Hal ini sesuai dengan Pasal 503 angka 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi " Dengan hukuman selama-lamanya tiga hari atau denda sebanyak RP. 225.000 barang siapa membuat riuh atau Ingar, sehingga pada malam hari waktunya orang tidur dapat terganggu".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun