Mohon tunggu...
Nelvianti Virgo
Nelvianti Virgo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ketika menulis menjadi sebuah kebutuhan...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bersiap Menghadapi Kehilangan!

4 Oktober 2014   00:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:28 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1412332642183643864

[caption id="attachment_327113" align="aligncenter" width="522" caption="Sumber Gambar: rewinnita.wordpress.com"][/caption]


Beberapa hari lalu teman saya uring-uringan karena kehilangan modemnya. Menurut saya hal yang wajar. Tapi bagaimana kalau uring-uringan lebih dari tiga hari atau bahkan berbulan-bulan? Tentu ini bukan hal yang wajar lagi menurut saya. Saya juga pernah uring-uringan karena kehilangan barang, tapi saya bersyukur uring-uringan saya tidak terlalu lama. Hanya sehari paling lama.

Melihat kejadian itu, saya pikir teman saya belum siap menghadapi kehilangan. Memang saya rasa tidak semua orang yang siap menghadapi kehilangan, dan tidak ada orang juga mau merasakan kehilangan, apalagi kehilangan belahan jiwa. Hehe…. Back to the topic.

Lalu, bagaimanakah seharusnya sikap kita menghadapi kehilangan? Saya punya cara tersendiri yang biasa saya terapkan, dan terbukti ampuh bagi saya. Ketika kita merasa kehilangan (misalnya kehilangan barang) ada beberapa hal yang harus kita ingat pertama, darimanakah asal barang tersebut? Apakah barang tersebut kita beli sendiri, pemberian seseorang, atau nemu di jalan (emang ada yang buang barang?). Ya, apapun itu namanya, jika barang itu bukan dibeli dari hasil jerih payah sendiri, tentu kita lebih gampang mengikhlaskannya. Saya pernah membaca artikel, ceritanya seperti ini.

Seorang pak tua berjalan dari rumahnya, berniat hendak mencari nafkah. Lalu, di jalan ia menemukan sebuah koin kuno. Awalnya koin tersebut akan ia buang, tapi tidak jadi. Koin itu malah dibeli oleh seseorang pengoleksi koin kuno dengan harga yang sangat tinggi. Pak tua senang mendapatkan sejumlah uang itu, ia lalu menggunakan uang tersebut untuk membeli beberapa balok kayu. Ia pikir, pintu dan jendela rumahnya harus diganti. Tapi apa mau dikata, di tengah perjalanan balok kayu tersebut patah, dan tidak bisa digunakan lagi. Lalu apakah Pak Tua tersebut menyesal dan uring-uringan? Tidak! Dia ingat, bahwa balok kayu tersebut diperoleh dari hasil penjualan koin kuno, dan koin kuno itersebut ia temukan di jalan. Jadi awalnya ia tidak memiliki apa-apa, dan ia tidak perlu merasa kehilangan.

Kita seharusnya bisa mengambil pelajaran dari pemikiran Pak Tua tersebut. Kalau barang kita yang hilang awalnya diperoleh secara tidak sengaja, ya… mengapa harus merasa kehilanagn sampai uring-uringan? Hal itu hanya akan menyiksa diri sendiri.

Kedua, kita adalah orang tak punya. Hakikat manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, tanpa membawa sehelai benang pun. Semuanya adalah milikYang Maha Kuasa. Jika Yang di Atas mengambil sesuatu dari kita, maka kita harus menerima dengan seikhlasnya. Mungkin sesuatu yang diambil tersebut akan diganti dengan yang lebih baik. So,bersiaplah kawan! Bersiap menghadapi kehilangan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun