Bebek oh bebek, jalanmu belak-belok mengikuti arah penggembala. Belok kanan acung sang gembala dan para bebek riuh berkwek-kwek mengikuti arahan tuannya. Belok kiri tunjuk sang gembala dengan ranting sedepa, bebek-bebekpun tak kuasa melawan kehendaknya dan berbondong-bondong sambil geyal-geyol pantatnya menuruti pimpinan para bebek.Â
Sepertinya bebek-bebek itu tidak pernah berpikir saat berada ditengah kerumunan  bahkan jika sang penggembala tersesat jalannya para bebek ini tetap setia mengikuti dari belakang dengan suara gaduhnya. Kwek-kwek-kwek.Â
Sang penggembala selalu memindahkan tempat mencari makan entah sawah habis dipanen ataukah empang yang becek setelah tempat lama sudah tidak ada makanan tersisa. Bebek-bebekpun tak peduli entah dibawa kemana esok hari.
Setelah para bebek itu bertelur girang hatinya sang tuan. Dikumpulkannya telur-telur itu untuk menyambung hidup keluarga besarnya. Bebek-bebekpun senang sang penggembala juga bersuka cita.
Sampai suatu hari, para bebek beriringan dan berhenti di depan pintu rumah pemotongan. Para bebek tidak tahu akan berakhir seperti ini nasibnya padahal ratusan butir telur sudah mereka hasilkan namun bisnis tetap bisnis bagi sang majikan. Bebek oh bebek seberapa besarpun pengorbannmu tetap disembelih juga akhirnya.
Sementara itu para bebek pemula baru turun dari kandangnya berjalan geyal-geyol menghirup udara bebas sambil bercengkerama dengan bebek lainnya. Sayup-sayup suara sang majikan terdengar memberi aba-aba sambil mengacungkan sebatang ranting ditangan kanannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H