Mohon tunggu...
Nelson Raditya
Nelson Raditya Mohon Tunggu... -

Self Employment Custom tools Simple life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bali Berduka Ditinggal Sang Pencerah Umat Hindu

19 Mei 2016   15:20 Diperbarui: 19 Mei 2016   20:36 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pagi yang hening Rabu (18/5/2016) jam 04.45 WITA di RS Sanglah Denpasar, Ida Pedanda Gede Made Gunung telah mengembuskan nafas terakhir pada usia 65 tahun setelah dirawat beberapa hari  akibat stroke. Umat  Hindu di seluruh Indonesia, khususnya di Bali merasakan kesedihan ditinggal pergi oleh Sang Pencerah. Karena sosok beliau yang selalu mengingatkan umat agar selalu berlaku sebagaimana layaknya manusia yang selalu bersyukur atas diri yang terlahir sebagai manusia memiliki dharma yang tidak dimiliki oleh mahluk lain ciptaan-Nya.

Melalui dharma wacana, sosok Ida Pedanda Gede Made Gunung dikenal sebagai Sang Pencerah karena dharma wacana yang diberikan begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Penjelasan yang diberikan mudah dimengerti tidak hanya oleh umat Hindu melainkan juga umat lain karena pencerahan yang diberikan sifatnya sangat luas. Bahkan beliau pernah memberikan dharma wacana pada perayaan perayaan Maulid Nabi di Ubud Gianyar (18/1/2016) tentang toleransi beragama.

Salah satu dharma wacana yang ditulis beliau adalah tentang bagaimana mengatasi perasaan hidup tidak berguna. Meski manusia terlahir dengan kondisi yang berbeda-beda, manusia harus tetap bersyukur karena terlahir sebagai manusia bukan terlahir sebagai makhluk lainnya. Menjadi manusia berarti mempunyai kesempatan untuk memperbaiki diri sendiri dan memutus rantai karma phala.

Sedangkan untuk mengatasi beban hidup yang berat, beliau  memberi tuntunan untuk melakoni hidup ini dengan 4 jalan yakni pertama, berbhaktilah kepada Tuhan, orang tua (ayah dan ibu), karena beliau memberi kita jalan lahir hidup menjadi manusia. 

Kedua, belajarlah ilmu agama (sastra) dan praktikkan dalam hidup ini, sebab agama memberikan kita penerangan jalan yang akan kita lalui. Ketiga, jangan lupa di dalam menjalani hidup ini melakoni/taat terhadap etika kehidupan, sebab etika itu merupakan rambu-rambu jalan yang kita lalui untuk selamat sampai di tujuan. Dan keempat,  hendaklah ,  Tuhan sebagai tujuan akhir dari perjalanan hidup kita ini.

Menjelang akhir hidupnya, Ida Pedanda berkesempatan memberikan wasiat terakhir kepada putra beliau. Seperti yang dituturkan Gus Purwita menirukan sang ayah, "Kalau aji (ayah) meninggal nanti, tolong jangan buatkan upacara yang besar. Tanpa bade. Layon aji cukup diusung anak-anak menuju perabuan, pebasmian (tempat kremasi). Sesederhana itu, tempatnya di halaman depan, di seputaran pohon cempaka."

Selamat jalan Ida Pedanda Gede Made Gunung, semoga dharma bhaktimu selalu memberi terang dan tuntunan bagi generasi penerus umat Hindu agar dalam berkata, berpikir dan berlaku selalu di jalan dharma yang hidup dengan damai dan rukun tidak hanya terhadap sesama mahluk hidup namun juga dengan alam skala dan niskala.

Amor Ring Acinthya

Om Shanti Shanti Shanti Om.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun