Mohon tunggu...
Nelly Zahara
Nelly Zahara Mohon Tunggu... -

"siapapun yang merindukan hatinya bercahaya, hendaknya ia berjuang untuk merubah diri, merubah sikap hiduo, dan menjadi orang yang tidak cinta dunia." ( Aa gym)\r\n\r\n\r\nmenyongsong Hijrah perubahan yang lebih baik di tahun 2014 Insyaallah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Segelas Air Minum dan Air Seni

21 Januari 2014   20:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Berapa kali kita mengeluh dalam sehari karena situasi yang kurang menyenangkan? Kenapa begini dan kenapa begitu? Kenapa hari ini panas sekali? Kenapa hujan terus? Kenapa hidup begitu sulit?

Ketika kepala kita terasa pusing karena tidur terlalu malam, kita mengeluh. Ketika kita tidak suka dengan makanan dan minuman yang tersedia di meja makan, kita mengeluh, saat matahari bersinar terlalu terik kita mengeluh, dan saat hujan terlalu lebat kita juga mengeluh.  Ketika kita sebagai pekerja, pegawai, ibu rumah tangga kita juga mengeluh karena banyaknya tugas. Ketika umur kita terlalu muda, kita mengeluh karena tidak bisa melakukan hal-hal yang boleh dilakukan orang dewasa. Namun saat kita menjadi dewasa kita tetap saja mengeluh karena terlalu banyak tanggung jawab.  Saat umur kita menjadi tua, kita juga mengeluh karena tubuh menjadi lemah , sakit-sakitan dan karena kita takut pada kematian. Bahkan ketika kita berkecukupan, masih saja kita mengeluh. Kita tak pernah kehilangan alasan untuk mengeluh. Jika TERUS BEGINI, APA LAGI YANG BISA MEMBUAT HATI MERASA TENANG DAN PUAS, SEMENTARA YANG CUKUP SAJA  tak pernah terasa cukup. Sifat inilah yang Allah SWT tegaskan dalam firmaNya,” sesungguhnya manusia itu di ciptakan dalam keadaan berkeluh kesah lagi kikir.”(qs.Al  ma’arij:19) “apabilah ia di timpah kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS.Al Ma’arij 20-21).

Dikisahkan, bahwa khalifah Harun Ar Rasid pernah berkata kpd seorang alim di zamanya, Ibnu Sammak, “berilah nasehat kepadaku.”

Sembari menyuguhkan segelas air minum, Ibnu Sammak bertanya, “ya Amirul Mukminin, seandainya dalam keadaan haus yang sangat ingin dan minuman ini dihalangi dari Anda, maukah kau menebusnya dengan kerajaan Anda?”

“ya, tentu,” jawab Ar Rasid. Ibnu Sammad bertanya kembali, “seandainya Anda dihalangi mengeluarka air ini (tak  buang air kecil),  apakah Anda juga mau menebusnya dengan kerajaan Anda?” “ ya, pasti,” jawabnya tanpa ragu. Lantas Ibnu Sammak berkata, “ kalau begitu, apa nilai kerajaan Anda jika tak mampu menyamai minuman segelas dan air seni?”

Sederhana sekali cara Ibnu Sammakk memberi nasehat. Tapi sang Khalifah seakan tak mampu menyanggah pertanyaan yang sederhana itu. Di kisah ini menjelaskan kepada kita semua, bukan hanya kepada Ar Rasid yang seorang khalifah, bahwa kerajaan, kedudukan,  pangkat,  kekayaan yang seringkali  kita banggakan, ternyata tak ada nilainya dengan sesuatu yang kita miliki yang tak perlu diperoleh dengan kerja keras; segelas air minum dan buang air kecil. Namun , apakah kita selalu mengingat karunia besar ini? Atau adakah kita menghargai nikmat yang melimpah itu sehingga kita mau bersyukur dan meninggalkan kelu kesah?. Dalam surat Ar Rahman berkali-kali Allah swt menegaskan “ maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”.

Cobalah kita hitung nikmat yang  Allah berikan sejak kita lahir dan kedunia hingga umur kita yang sekarang ini. Adakah Ia pernah berhenti memberikan nikmatNya dalam satu dua hari? Cobalah kita hitung nikmat Allah yang terdapat pada setiap organ tubuh kita: pada pikiran, pada mata, pada telinga,  hidung, mulut, lidah, gigi, rambut, kerongongan, jantung hati, ginjal, paru-paru pada seluruh organ tubuh yang kita miliki. Adakah kita mampu menghitung semua nikmat-nikmat itu? Allah mengingatkan, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya sesungguhnya Alah benar-benar Maha Pengampun dan Maha penyayang.” (QS An Nahl:18).

Karena itu, perkuatlah selalu keimanan kita. Jaga kualitasnya agar bisa menghantarkan kita untuk melakukan ketaatan-ketaatan kepada Allah swt dengan penuh keihklasan dan ketulusan. Kokohkan selalu keyakinan kita kepada Allah, agar mata hati kita benar-benar terbuka untuk menatap bahwa karunia Allah kepada kita sangatlah melimpah sehingga kita tidak layak untuk berkeluh kesah. Maka berhentilah kita mengeluh, begitu banyak nikmat Allah yang belum kita syukuri.

"Jangan risaukan Nikmat yang belum kita miliki, tapi risaulah akan Nikmat yang belum kita Syukuri.."

Terkadang Allah menganugerahkan Nikmat melalui MASALAH & memberi MASALAH melalui Nikmat. Semoga apa yang kita terima hari ini merupakan Nikmat Allah yang terbaik untuk kita & menjadikan kita senantiasa bersyukur, Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun