By Nelly Andon Br Torus for http://www.tefp.org
Saat ini Indonesia masih dikategorikan sebagai nomor 3, pengekspor Kakao terbesar di dunia, dan namun sejak di temukanya cara pembibitan Somatic Embriogenesis, diperkirakan Indonesia bisa menjadi produser kakao terbesar diduni pada tahun 2015 mendatang (source : republika.co.id)
Mendengar Indonesia sebagai produser kopi dan kakao no 3 terbesar di dunia saja persaan sudah sangat bangga dan 5 tahun mendatang sudah bisa menjadi leader dari kakao produser didunia, patut kita rayakan secara besar-besaran dan kita banggakan, ini tentunya prestasi yang sangat tinggi hanya dalam jangka 25 tahun Indonesia secara serious menanam komoditi ini.
Image: republika.co.id
Tujuan utama pembibitan kakao secara Somatic Embriogenesis konon baru dilakukan hanya di Indonesia, dan baru sukses pada tahun 2008 yang lalu. Saat ini beberapa daerah telah menanam jenis bibit kakao tersebut untuk menjadi pilihan kakao nasional karena sangat tahan hama.
Mendengarberita sukses seperti ini, mestinya seluruh penjuru Indonesia sudah bisa merayakanya dan pemerintah mestinya sudah harus berupaya untuk menyebar luaskan bibit ini ke daerah-daerah penghasil kakao di penjuru nusantara. Sebagai manusia yang normal, kita hanya berpikir bahwa ini mungkin salah satu obat kanker perkeonomian Indonesia, jawaban dari doa-doa kita semua agar petani tidak lagi menghabiskan hasil taninya untuk membeli pestisida, karena jenis kakao ini terbukti jauh lebih tahan hama.
Namun dua tahun setelah pembibitan Somatic Embriogenesis dikembangkan di temukan di laboratorium Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, hingga kini berita dari tersedianya bibit unggul ini belum menjalar secepat yang diharapkan, kenapa?Seaindainya saya menjabat sebagai Menteri Pertanian di negara ini, hal-hal yang seperti inilah yang berada di top list agenda dari misi Departemen Pertaniaan itu sendiri, mempropagasi dan menyebarkan sebanyak mungkin bibit unggul ini kepada petani .
Sangat sedih bahwa penemuan mutahir beginiyang mestinya menjadi pedoman utama untuk mengembangkan pertanian Indonesia dan membantu ekonomi rakyat, sering menjadi permainan politik perdagangan negeri ini seperti yang laporkan di Berita Jawa Timur. Com di link ini. Semestinya pemerintah sudah harus mampu meluangkan waktu untuk melatih lulusan sarjana pertanian kita yang mungkin majoritas saat ini menganggur, agar terlibat dalam propagasi bibit unggul ini, terutama didaerah daerah produser utama serperti Sulawesi Selatan & Sumatra Utara.
Kadang-kadang, sangat susah untuk dipahami secara intellectual, mengapa hal-hal berharga yang sangat mudah dikebangkan begini sebenarnya tidak dikembangkan agar mutu expor komoditi negeri ini lebih terpercaya di mata dunia.
Susah rasanya untuk tidak curiga, bahwa hal-hal seperti ini saja harus masuk kelas permainan politik yang tidak ada sangkut pautnya dengan kemajuan pertanian Indonesia dan ekonomi rakyat yang tidak berdosa.Â
Salam Agro
Nelly Andon Br Torus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H