Karnoto atau yang lebih diakrab disapa Mbah Noto oleh warga setempat adalah seorang guru mengaji di Desa Papasan.Â
Ia adalah salah satu orang yang disegani dan dihormati dimasyarakat, orang lebih sering menyebutnya sebagai Tetua Desa. Karnoto lahir pada tahun 17 Agustus 1948 di desa Papasan Bangsri Jepara, di keluarga yang biasa – biasa saja.Â
Dengan perawakan tinggi, gagah, hidung mancung dan mata besar, dan wajahnya yang terkesan seperti orang India atau Arab, juga cerdas.Â
Karnoto adalah anak ke 2 dari 4 bersaudara, ia punya kakak laki laki bernama Masrikan dan adik perempuan bernama senipah dan Munjanah. ia adalah anak yang paling pemberani dikeluarganya, bicaranya yang keras dan tegas, sehingga orang yang baru mengenalnya menganggap ia bersifat galak dan susah didekati.
Orang tua Karnoto dulu adalah seorang petani, mereka menanam apa saja yang bisa ditanam dikebun dan lahan. Karnoto kecil dan saudaranya sering membantu orang tuanya dilahan untuk bercocok tanam.Â
Sejak kecil keluarganya diajarkan untuk bekerja keras dan tidak berpangku tangan. Mengambil kayu kehutan sendiri, naik bukit dan berjalan jauh menjadi kesehariannya waktu kecil, bukan hanya karnoto tetapi ketiga saudaranyapun seperti itu.Â
Karnoto bersekolah disekolah Rakyat yang jaraknya sangat jauh dari rumah. Bagi orang tuanya, Ilmu agama amatlah penting, semua keluarganya harus bisa mengaji dan paham betul agama. Jadi setiap malam Karnoto belajar mengaji dengan neneknya, bersama 3 saudaranya.
Awal Pengembaraan ke Pulau seberang
Umur 19 Tahun menjadi awal Karnoto berkelana ke pulau orang. Ia pergi merantau bersama kakaknya (Masrikan), mereka berpikir jika mereka hanya diam di desanya, bekerja itu itu saja, mereka tidak akan maju.Â
Karnoto memang orang yang ingin mengetahui banyak hal, jadi ia dan kakanya memutuskan pergi ke pulau Sumatra untuk bekerja.Â
Selama 7 tahun mereka disana banyak sekali kejadian yang merubah pola pikir Karnoto. Ia bertemu banyak orang baru, teman baru, juga pengalaman baru yang berharga, yang membuatnya menjadi sosok seperti sekarang ini.
Di Sumatra Karnoto bekerja distasiun kereta bersama kakaknya, namun itu tidak berlangsung lama karena ada perselisihan dengan salah satu pekerja sehingga mereka tidak nyaman dan memutuskan keluar.Â
Selama berbulan bulan mereka hanya lontang lantung dan bingung mau kerja apa. Akhirnya mereka mutuskan untuk berjualan jagung dan pisang rebus di depan dermaga.
Karena setiap hari melihat orang naik sepit, ia penasaran, akhirnya Karnoto memutuskan membeli sepit dan menjadi pengemudi sepit didermaga. Kakanya tetap berjualan jjagung rebus. Selama 2 tahun Karnoto menjadi pengemudi Sepit dermaga itu, ia bertemu banyak orang, ada orang cina, orang jawa dan orang Sumatra sendiri.
Di Sumatra, banyak yang mengenal Karnoto, hamper seluruh warga desa disana mengenalnya. karena orangnya rajin dan pekerja keras juga mau berbaur dengan orang lain, ia sering diajak beberapa warga untuk membantu membabat alas.
Di Sumatra Karnoto tidak lupa dengan nasehat ayahnya agar tetap belajar ilmu agama, ia setiap malam disana ikut belajar mengaji kepada seorang gru ngaji bernama Salam.Â
Setiap malam ia belajar sampai pagi, saat orang-orang kebanyakan sudah tidur ia masih harus mempelajari Al-Quran dan kitab lainnya. Karena melihat kesungguhan dan kerja kerasnya Karnot, Â Akhirnya Salam menjadikannya guru mengaji juga disana. Banyak sekali ilmu yang ia dapatkan dari sana.
Memutuskan Berhenti Merantau
Ketika masih di Sumatra terbesit dipikirannya bahwa ia ingin sekali mendalami ilmu agama, akhirnya ia memutuskan Kembali ke pulau jawa, namun bukan pulang ke rumah, tapi pergi ke suatu pondok pesantren di Surabaya. Dan kakaknya kembali ke rumah untuk mengolah lahan milik keluarga mereka.
Selama 4 tahun Karnoto disana, ia mendapat kabar bahwa ayahnya sakit keras, sehingga ia memutuskan pulang. Namun 3 hari sebelum ia pulang, ayahnya sudah dulu dipanggil sang maha kuasa, jadi ia tidak bisa melihat ayahnya untuk terkahir kalinya. Ia sangat menyesali hal tersebut, kenapa ia tidak pulang lebih awal.
Dari situlah Karnoto memutuskan berhenti merantau lagi, ia lebih memilih merawat ibunya yang masih ada dengan baik, agar ia tidak menyesal lagi.Â
Ia menggarap ladang bersama 3 saudaranya dan ia juga memutuskan untuk mengamalkan ilmunya dan menjadi guru mengaji di desanya sampai sekarang. Ia juga sering dipanggil untuk ceramah ceramah di majelis pengajian, ditempat orang-orang meninggal dan dipanggil ke tempat syukuran atau orang jawa menyebutnya Slametan.
Orang orang desa sangat menyukai Karnoto, karena kepandainnya dalam mengaji daa mengajari anak anak mereka. Ia juga mempunyai banyak pengalaman sehingga membuatnya menjadi orang yang bijaksana.Â
Dan lambat laun orang orang mulai menghormatinya dan menjadikannya sosok orang yang dikagumi juga disegani. Ia sering dimintai ertimbangan tentang permasalahn-permasalahan didesa dan sebaginya sampai sekarang/.
Karnoto menikah pada umur 32 tahun dengan salah satu gadis dari desa tetangga bernama Mukari. Dan mempunyai 5 orang anak, yang sekarang sudah berkeluarga semua.
Kesungguhan dan kerja Keras
Menurut Karnoto apapun yang diusakan dengan sungguh-sungguh dans enang hati akan selalu mendapat hasil yang baik. Meskipun terkadang halangan dan rintangan membuat kita ingin menyerah, setidaknya jjika kita benar-benar kuat aka nada hal baik diakhir.Â
Apa yang kita tanam itulah yang kita petik. Dan yang harus kita ingat, bahwasannya usaha kita tak lepas dari do’a orang tua, jadi sayangilah betul irang tua kita, jangan terlambat akan hal itu.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H