Orang flores di generasi terdahulu memang suka menceritakan makhluk ini yang di gambarkan sebagai makhluk kecil yang sangat rakus ebu gogo artinya juga moyang yang makan nya rakus dan ini memang di akui sebagai dongeng saja.
Tetapi pada tahun 2003 di liang gua flores gabugan peneliti australia dan indonesia yang menyatakan bahwa memang di flores sempat ada makhluk kecil ini yang di namai dengan Homo floresiensis (manusia dari flores) dengan ciri khas ukuran sangat kecil dengan kapasitas tidak sampai 400 cc artinya otak mereka lebih kecil dari simpanse. Untuk ukuran primata seperti anda yang membaca ini (manusia), simpanse, orang utan, dan semacam nya, kapasitas otak itu berbandig lurus dengan kecerdasan, dengan kemampuan menghasilkan tekhnologi.
Dilihat dari fosil yang di temukan dan dari fosil yang di sekeliling nya dan beberapa artefak yang di temukan di sana, itu menunjukan bahwa homo floresiensis ini bisa membuat perkakas. Kalau mereka otak nya lebih kecil dari simpanse maka semestinya dia tidak bisa menghasilkan perkakas yang lebih baik dari pada yang di ciptakan simpanse karena dia adalah primata. Tetapi dalam temuan nya homo florensiensis ini bisa menciptakan perkakas yang sama dengan manusia pra aksara di indonesia tetapi otak nya kecil.
Makanya ketika temuan ini di publikasikan berita nya sampai mengalahkan big foot di amerika, orang -- orang di seluruh dunia kaget dengan temuan ini kecuali orang indonesia yang seperti tidak menghiraukan semua itu.
Sial nya dan sakit hati pula saya melihat nya ketika orang indonesia tidak menghiraukan penemuan pada waktu itu tetapi di masukan buku sejarah pada tahun 2013 artinya kita tertinggal 10 tahun dari penemuan yang di lakukan di tanah sendiri.
Padahal di temukan di indonesia, oleh orang indonesia, bisa di katakan mengubah sejarah dunia dan bahkan ilmuan antropology juga biologi harus merefisi teori nya gara -- gara temuan ini tapi di indonesia santai saja tidak pernah di beritakan atau di bahas, baru muncul 10 tahun kemudian di buku sejarah itu pun tidak lebih dari satu pharagraf, parah sekali bukan indonesia menyikapi pengetahuan yang update.
Tapi ya sudah lah karena pemahaman kita tentang pengetahuan itu adalah baca informasi di media maistream, tahu jenis kelamin seseorang, bisa mengoprasikan produk apple, dan pandai buka browser di lengkapi VPN yang bisa menembus blokir.
Mohon maaf mari kita lanjut.
Homo florensiensis ini di perkirakan usia nya 13 ribu tahun dalam pikiran kita memang jauh tetapi dalam ukuran manusia purba itu sangat dekat yang artinya mungkin saja spesies ini masih hidup sampai sekarang hantu saja kita percayai kenapa hal seperti ini malah tidak di hiraukan.
Kita beralih ke sumatra disana ada cerita tentang ohang pandak (orang pendek) yang di gambarkan kurang lebih sama dengan Homo florensiensis khusus nya di ceritakan oleh anak dalam yang mengatakan mereka dengan makhluk ini sampai sering berbagi hewan buruan. Orang anak dalam juga menceritakan bahwa makhluk ini juga berbicara tetapi seperti berbisik bahasanya.
"ssstt ,,,,,rrrrrhhh,,,,wessss wesss wesss,,,"
Tapi mereka bisa berkomunikasi.
Digambarkan ohan pandak ini juga matanya sedikit berjauhan, berbulu lebat, posisi kaki sedikit menyerong sampai jempol kaki nya menghada ke belakang, tapi dia berdiri tegak. Dan bukan saja penduduk lokal yang menceritakan nya bahkan marcopolo dari abad 12 an sudah menyebut makhluk ini, lalu di masa kolonial Mr. Harverden juga menuliskan tentang keberadaan makhluk ini.
Kemudian setelah tahun 1994 Dr. dewi martyr dan jeremy holden menyatakan pernah melihat makhluk ini sebanyak 5 kali di lokasi di berbeda meskipun tidak yakin apakah ini ras manusia atau ras kera. Jika ini bisa di buktikan maka kekayaan khasanah indonesia bisa lebih banyak lagi bahwa kita sekarang masih berhadapan dengan manusia purba dan bukan hanya masalah purba saja ditambah dengan ukuran nya yang sangat kecil.