Mohon tunggu...
Neil Felicio
Neil Felicio Mohon Tunggu... Jurnalis - Murid SDH LC

16 th. Murid SDH LC

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pancasila, Relevankah?

27 Agustus 2019   19:49 Diperbarui: 27 Agustus 2019   19:58 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sila keempat adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Seperti yang dijabarkan oleh sila-sila sebelumnya, perbedaan adalah Indonesia, perbedaan yang disatukan dalam satu negara. Tidak bisa dihindarkan dalam berbagai perbedaan yang ada, pasti ada juga perbedaan pendapat. 

Perbedaan pendapat dapat menjalar kepada perpecahan jika tidak diselesaikan dengan benar. Para pendahulu negara telah menyediakan sarana untuk menyelesaikan masalah ini sebelum terjadi perpecahan lebih lanjut, musyawarah untuk mufakat. Tidak semua masalah harus diselesaikan dengan kekerasan. Lebih baik masalah-masalah yang ada diselesaikan dengan cara bertukar pikiran dan saling menyampaikan pendapat hingga mendapat satu keputusan yang mendukung kebaikan negara, inilah musyawarah untuk mufakat. 

Contoh sederhananya dalam kehidupan sekolah. Pasti ada tugas-tugas yang mewajibakan kita untuk bekerja sama dalam kelompok. Dalam kelompok itu saja pasti para anggotanya memiliki pikiran yang berbeda-beda mengenai suatu hal dan itulah yang ingin mereka realisasikan. Tapi, kita harus memikirkan objektif yang sebenarnya. 

Dengan dapat menahan ego, menerima pendapat orang lain, mencari hal positifnya dan disatukan dengan ide-ide lainnya, maka akan dihasilkan kesimpulan yang terbaik. Secara singkat, kita harus dapat menerima berbagai pendapat, menurunkan ego, dan memikirkan tujuan yang lebih besar kedepan.

Sila kelima adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Banyak tafsiran yang lebih mengarahkan sila ini kepada kemakmuran rakyat secara merata. Kemakmuran adalah masalah ekonomi, orang yang kaya dapat bertahan kaya dan miskin dapat tetap miskin. Hanya pemerintah yang dapat mengatur ekonomi negara dan kegiatannya. Lalu, apa yang dapat kita lakukan? Aplikasi mudahnya adalah dengan berbagi. Dalam kegiatan sekolah, masyarakat, ibadah, dan lain-lainnya banyak wadah yang disediakan bagi kita untuk berbagi dan saling menolong. Mungkin itu tidak dapat dilakukan setiap saat, tetapi cara menolong masyarakat sekitar bukan hanya dengan berbagi dalam hal kebutuhan, tetapi juga bantuan masyarakat. Gotong royong, saling menopang, saling mendukung satu dengan lain juga merupakan penerapan dari sila kelima ini. Kita bantu teman kita yang kesulitan, bantu orang sekitar yang mendapat masalah, dan mengikuti gotong royong dalam lingkungan kita tetap termasuk dalam penerapan sila kelima.

Jadi, kalau dikatakan Pancasila tidak relevan, itu salah. Penerapan-penerapan diatas tetap berlaku sampai sekarang. Sebenarnya, diantara setiap sila itu pasti ada beberapa hal yang kita secara tidak sadar telah lakukan, tinggal bagaimana cara kita bereaksi terhadap kelima sila yang telah ditanamkan dalam diri kita sejak dini dan lebih memperhatikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menanamkan pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kita dapat menjaga Indonesia dan membangun negara ini menjadi Indonesia yang lebih baik dan berkelanjutan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun