Mohon tunggu...
Neli Agustin Lisdianti
Neli Agustin Lisdianti Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Masih perlu banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Review Buku "Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam

8 Maret 2020   20:26 Diperbarui: 8 Maret 2020   20:23 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ontologi keilmuan juga merupakan penafsiran tentang hakikat realitas dari objek ontologis keilmuan. Penafsiran metafisik keilmuwan harus didasarkan kepada karakteristik objek ontologis sebagaimana adanya dengan deduksi-deduksi yang dapat diverifikasi secara fisik. Ini berarti, secara metafisik imu terbebas dari nilai-nilai dogmatis.

Suatu pernyataan diterima sebagai premis dalam argumentasi ilmiah hanya setlah melalui pengkajian/penelitian berdasarkan epistemology keilmuwan. Untuk membuktikan kebenaran pernyataan tersebut maka langkah pertama adalah melakukan penelitian untuk menguji konsekuensi deduktifnya secara empiris, sejalan dengan apa yang Einstein katakan: "Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta pula, apapun teori yang disusunnya".

Selanjutnya adalah Epistemolgi. Objek kajian ini adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal muasal, metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan (Katsoff, 1987:76). Secara umum pertanyaan epistemologi menyangkut dua macam, yakni epistemology kefilsafatan yang erat hubungannya dengan psikologi dan pertanyaan-pertanyaan semantic yang menyangkut hubungan antara pengetahuan dengan objek pengetahuan tersebut (Katsoff, 1987:76)

Epistemologi meliputi tata cara dan sarana untuk mencapai pengetahuan. Peradaban mengenai pilihan ontologik akan mengakibatkan perbedaan sarana yan akan digunakan yaitu: akal, pengalaman, budi, intuisi atau sarana yang lain. Ditunjukkan baaimana kelebihan dan kelemahan suatu cara pendekatan atas batas-batas validitas dari suatu yang diperoleh melalui suatu cara pendekatan ilmiah (Koento Wibisono, 1988: 7).

Secara gari besar terdapat dua aliran pokok dalam epistemologis, yaitu rasionalisme dan empirisme, yang pada gilirannya kemudian muncul beberapa isme lain, misalnya: rasionalisme kritis (kritisisme), (fenomanilisme), intuisionisme, postivisme dan seterusnya.

Rasionalisme adalah suatu aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal atau ide, sementara peran indera dinomor duakan. Pemikiran para filsuf ini tidak lepas dari orientasi ini, rasio dan indera. Dari rasio kemudian melahirkan rasionalisme yang berpijak pada dasar ontologik idealism atau spiritualisme dan dari indera lalu melahirkan empirisme yang berpijak pada dasar ontologik materialism.

Filsafat empirisme dikembangkan oleh filsuf-filsuf Inggris: F. Bacon, T. Hobbes, J. Locke, C. Barkeley dan D. Hume ( Peurser, 1989:81). Kebenaran yang diperoleh dengan empirisme bersifat korespondensi, hasil hubungan antara subjek dan objek melalui pengalaman, sehingga mudah dibuktikan dan diuji. Kebenaran diadapat dari pengalaman melalui proses induktif, dari suatu benda lalu ditarik kesimpulan.

Epistemologi meliputi tata cara dan sarana untuk pengetahuan. Peradaban mengenai pilihan ontologik akan mengakibatkan perbedaan sarana yang akan digunakan yaitu: akal, pengalaman, budi, intuisi atau sarana yang lain. Ditunjukkan bagaimana kelebihan dankelemahan suatu cara pendekatan ilmuan (Koento Wibisono, 1988:7)

Secara garis besar terdapat dua aliran pokok dalam epistemologis, yaitu rasionalisme dan empirisme, yang pada gilirannya kemudian muncul beberapa isme lain, misalnya: rasionalisme kritis (kritisme), (fenomanilisme), intuisionisme, postivisme, dan seterusnya. Rasionalisme adalah suatu aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal atau ide, sementara peran indera dinomor duakan. Pemikiran para filsuf ini tidak lepas dari orientasi ini, rasio, dan indera. Dai rasio ini kemudian melahirkan rasionalisme yang berpijak pada dasar ontologik idealism atau spiritualisme dan dari indera lalu melahirkan empirisme yang berpijak pada dasar ontologik materialism.

Failsafat empirisme dikembangkan oleh filsuf-filsuf Inggris, seperti: F. Bacon, T. Hobbes, J. Locke, C. Barkeley, dan D. Hume (Peuser, 1989:81). Kebenaran yang diperoleh dengan empirisme bersifat korespondensi, hasil hubungan antara subjek dan objek melalui pengalaman, sehingga mudah dibuktikan dan diuji. Kebenaran didapat dari pengalaman melalui proses induktif, dari suatu benda kemudian ditarik kesimpulan.

Objek kajian yang terakhir adalah Aksiolagi. Ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Dalam pendekatan aksiologis ini, Jujun (1986:6) menyebutkan, bahwa pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan sebagai sarana untuk kemaslahatan manusia dalam hal ini maka ilmu menurutnya dapat dimanfaatkan sebgai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta kelestarian atau keseimbangan alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun