Mohon tunggu...
Neli Agustin
Neli Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Buang lah rasa malasmu,jika ingin mengejar impianmu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tempe Warisan Pak Toyo Khas Jambuwer

27 April 2024   20:48 Diperbarui: 11 Mei 2024   01:27 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi (foto bersama Pak Toyo dan Bu Darni)

Bapak Toyo dan Bu Darni merupakan penjual tempe khas Jambuwer  yang telah lama mendalami profesinya. Pak Toyo dan bu Darni  mulai membuat tempe dari tahun 1991 hingga sekarang. Tempe merupakan warisan dari turun temurun sehingga menimbulkan  ciri rasa khas tersendiri dari keluarga. Tempe enak khas Pak Toyo terletak di Desa Jambuwer Rt 02/01 kecamatan Kromengan kabupaten Malang. Cara pembuatanya pun dibilang agak lama karna memerlukan 3 hari untuk menjadi hasil tempe yang enak. 

Pak Toyo membuat tempe  40 kg setiap harinya dan Bu Darni membeli Kedelainya dari kepanjen. Proses pembuatan, kedelainya direbus kemudian digiling atau dipecah dan dibuang kulitnya 30% lalu direndam satu malam pakek air dingin kemudian direbus kembali bersama airnya  kemudian dicampur dengan  cuka dan dicampur dengan ragi lalu dikeringkan satu malam, lalu ditutup dengan kain dan dikeringkan satu malam. Setelah itu dimasukan kedalam plastik selama satu malam lagi biar terjadi proses fermentasi setelah itu menjadi tempe yang enak dan gurih khas Pak Toyo. 

Limbah dari pembuatan tempenya dibuat makanan ternak kambing jadi tidak membuang limbah sembarangan dan dimanfaatkan menjadi makanan kambing. Kemudian pemasarannya diambil tukang sayur ada 15 orang yang jadi langganan tempe bertaun-taun, satu tempe di bandrol Rp. 2.500 dari Pak Toyo sendiri, kemudian harga jual tukang sayur ke pembeli seharga Rp. 3.000. 

Dulu banyak saingannya namun sekarang hanya Bapak Toyo dan Bu Darni yang berjualan tempe sampai sekarang di Daerah Jambuwer sendiri. Bapak Toyo Pernah dikasih modal sama pemerintah untuk memperbesar bisnisnya namun ditolak karena alesan Bu Darni tidak mau ribet dalam berdagang dan berproses serta tidak ingin berbagi resep khas turun temurunya.

Pak Toyo juga pernah mengalami Kerugian hingga 5000 kg dalam satu bulan, namun itu tidak membuat Pak Toyo untuk berhenti dalam membuat tempe. Mereka terus bangkit hingga  sampai sekarang.  Bu Darni pun sangat senang karena telah melewati ujian yang begitu berat hingga sampai dititik sekarang.  Modal awal membuat hanya 15 kg hingga sekarang 40 kg setiap harinya.  Beliau membuat Tempe Mulai jam 2 pagi hingga jam 5 pagi kemudian memproses kembali  jam 4 sore sampai jam 6 sore.  Pak Toyo  dan Bu Darni tidak menggunakan kariyawan mereka mengerjakan sendiri dan di bantu dengan anak-anak mereka. Bisnis yang dibangun mulai dari lama hingga sekarang tidak heran jika banyak peminatnya, karena emang rasanya yang khas dan mempunyai resep warisan turun temurun dari nenek moyang beliau. 

Tidak  ada pembuat tempe yang seenak bikinan Pak Tayo sendiri.  Karena banyak pembisnis yang tidak optimis dalam menjalani proses pembuatanya dikarenakan memang sangat lama dan perlu ketlatenan dalam pembuatanya sendiri. Pak Toyo dan Bu Darni memanglah pasangan yang harmonis dan saling mendukung dalam satu bisnis yang di jalani mereka sejak tahun lalu dengan Sabar dan ketrampilan yang dimiliki Pak Toyo sehingga dapat membuat bisnis yang dapat menghasilkan sejumlah uang dengan nilai yang sangat besar setia satu bulannya. 

Dibalik kesuksesan beliau mereka juga pernah merasakan kegagalan dan kerugian namun tidak Pernah putus asa dalam menjalaninya. Pasangan Pak Toyo dan Bu Darni  bisa dibuat contoh untuk tetap bersama dalam keadaan apapun dan saling bersama dalam mencapai impiannya menjadi pembisnis tempe Jambuwer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun